Tuesday, November 27, 2007

Demi Matahari


By: Snada
Read: QS. Asy-Syam

Demi matahari dan sinarnya di pagi hari
Demi bulan apabila ia mengiringi
Demi siang hari bila menampakan dirinya
Demi malam apabila ia menutupi

Demi langit beserta seluruh binaannya
Demi bumi serta yang ada dihamparannya
Demi jiwa dan seluruh penyempurnaannya

Allah… Subhanallah…
Allah… Subhanallah…
Allah… Subhanallah…
Allah… Subhanallah…

Allah mengilhamkan
Sukma kefasikan dan ketakwaan
Beruntung bagi yang mensucikannya
Merugi bagi yang mengotorinya

Subhanallah….

=============================

Kenang-kenangan mendalam dari:

The ESQ Way 165
By Ari Ginanjar Agustian
Jakarta Convention CenterJakarta
23-25 November 2007

"Al-Qur'an begitu indahnya ..."
"Kedua mata hanya boleh menitikan air mata hanya karena Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW"

Tuesday, November 20, 2007

Kangen...!


Meja di depan saya masih tetap kosong tak berpenghuni. Biasanya, di saat-saat seperti ini, mengalun musik dari komputer yang ada di atas meja tersebut, atau ada tawa renyah, jeritan dan ocehan riang dari seseorang yang biasa duduk di meja tersebut. Namun, sudah sebulan lebih meja tersebut kehilangan pemiliknya. Sepi rasanya!

Sedih menggigit hati saya dan kangen membuncah menyeruak di hati saya. Ya… saya kangen sama si pemilik meja itu, Ocha. Sejak bulan Oktober kemarin, Ocha pindah ke unit kerja BPPI Medan. Ocha bukan lagi penghuni Rowai. Kenapa Ocha pingin pindah ke Medan? Entahlah…. Yang saya tahu pasti memang karena dia berasal dari Medan, ujian PNS di Medan, lulus di Medan, namun kemudian ditempatkan di Jakarta, jauh dari kampung halamannya, jauh dari belahan hatinya, sehingga mungkin dia belum merasa ikhlas untuk menerima kenyataan bahwa Medan sudah dia tinggalkan. Hari-hari dia selama di Jakarta dilalui dengan segala suka cita dan kebersamaan di Rowai, namun di lubuk hatinya yang paling dalam dia merasa bahwa Jakarta bukanlah hidupnya… hatinya sudah tertanam kuat di Medan, tidak bisa digantikan, Medan adalah segala-galanya… terutama Medan adalah tempat dia merasa harus berbakti kepada bundanya. Melalui segala cara, menghadapi segala halangan, Ocha berusaha untuk kembali ke Medan, dan akhirnya ketika pergantian pimpinan Rowai terjadi, Ocha bisa merealisasikan keinginannya itu. Hatinya berbunga. Medan akan diraihnya kembali.

Sayangnya, saya jarang menghabiskan waktu di hari-hari terakhir menjelang Ocha kembali ke Medan karena ritme hidup saya yang berubah drastis yang membuat pertemuan saya dengan Ocha semakin sempit. Saya sudah mulai kuliah sambil kerja, pagi kerja, siang berangkat kuliah, berat! Apalagi ditambah dengan segudang kuis, paper dan tugas kelompok kuliah yang tebal laporannya bisa menjadi bantal, membuat saya sibuk dan semakin jarang kontak dengan Ocha. Selain itu, Ocha dipekerjakan untuk membantu kerjaan seorang staf ahli, sehingga Ocha tidak banyak menghabiskan waktu di Rowai karena dia memiliki ruangan kerja baru di gedung depan, hanya sekali-kali saja Ocha datang ke Rowai kalau dia memang kangen dengan kami disini dan merasa sepi di sana, atau jika ada panggilan dari kami di sini yang mengajaknya makan bareng untuk merayakan peristiwa tertentu.

Ketika Ocha pamitan sama saya karena besok dia akan pindah ke Medan dan tidak di Rowai lagi, saya pun tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama dia karena saya harus pergi kuliah. Namun, saat itu, saya masih gak yakin kalau mulai besok Ocha tidak ada lagi di Rowai. Saya harus berkali-kali menegaskan Ocha apakah benar dia akan pergi besok dan Ocha dengan senyum sumringahnya yakin seyakin-yakinnya kalau dia akan kembali ke tempat dimana hatinya tertinggal. Saya cuma bisa menitikan air mata kala itu. Memang benar, saya akan kehilangan Ocha. Walaupun zaman sudah maju, komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui dunia maya, namun itu tidak akan sama, karena saya tidak bisa menghabiskan waktu bersama-sama lagi dengan Ocha secara real.

Cha, langit tidak begitu garang hari ini, bahkan udara di luar begitu sejuknya. Biasanya kita akan keluar kantor di waktu istirahat, menyeberang jalan, masuk ke gedung depan seakan-akan kita karyawan di sana dan menemui ibu tua pemilik toko nasi dan mencicipi tempe bacemnya. Tapi, tidak akan ada lagi hal itu. Ibu itu pun pasti sangat merindukan dirimu, sama seperti saya yang kangen sama kamu. Kangen becanda dengan dirimu, kangen nyanyi bareng, kangen ngerjain Pak Cecep, kangen ngeledekin Pak Maryadi, kangen bikin was-was Pak Hipnu, kangen judesin Isnaldi, kangen pusing mikirin data bareng, kangen outbound bareng lagi, kangen jadi panitia-panitiaan acara lagi, kangen…, kangen…., kangen….. Duhh… kangen nih, Cha! You are really my best friend… ! Detik ini saya berharap ada tawa kamu dari meja di depan saya itu… tapi saya tetep bermimpi…. Tiba-tiba saya merasa sepi….. sama seperti orang-orang di sini yang merasa sepi setelah kamu tidak ada lagi disini… hiperbola kah? Entahlah… saya hanya merasa ingin ketemu temen saya yang penuh keceriaan yang bisa membuat saya tertawa walaupun tekanan hebat pekerjaan sering saya alami… teman yang bisa membuat kami disini, baik tua maupun muda, tertawa renyah mendengar lelucon dan melihat tingkahnya… teman yang benar-benar menyenangkan… really miss you my dear friendwe hope you are success there… and get what you want! Amin! Never forget us, ok?!