Tuesday, May 29, 2007

Beasiswa

Outttt.... ampun deh ahh.... badan saya sakit nih dipeluk erat-erat sama Lesika... (dduuhh... berasa kayak orang pacaran ajah ... he..he... ) sambil Lesika menjerit-jerit histeris ... ”yeeeesss.... kita lulusss.... kita lulussss......!!” Duillee Les... histeris pisan, emangnya lulus apaan sih? Perasaan udah lulus jadi Pegawai Negeri deh... besides... kita kan bukan sedang menunggu hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) yang kontroversi itu kan??

Ya deehh.... ngakuu... ngak hanya Lesika aja yang seneng kok, saya juga seneng... Isnaldi juga senengnya luuaaarrrr biazzzaaa .... ternyata and ternyata... kita bisa juga masuk UI (dduuhh... biasa aja deh!). Kita nih bukan ikut SPMB lagi loh... soalnya kan umur kita udah emak-emak and bapak-bapak...he..he.. tapi kita sedang ikutan beasiswa. Woooww... beasiswa? Gratis dong!! Ya iya laahh.... gratis nih, dibayarin sama kantor tercinta, Depkominfo, padahal status kita pada saat itu masih CPNS loh.... tapi udah dapat jatah beasiswa (hi.. hi... sambong.dikit.com). Ya itulah salah satu kebaikan or kelebihan hasil pimpinan mantan menteri Depkominfo, yaitu Bapak Sofyan Djalil, untuk melakukan kaderisasi besar-besaran di lingkungan Depkominfo, dengan membuat pegawainya menjadi doyan sekolah lagi and also bisa tambah pinter-pinter !! Sayang, Pak Sofyan Djalil tidak bisa melihat lagi kelanjutan gebrakan ide beasiswanya karena beliau harus mutasi menjadi menteri BUMN. Pak Sofyan digantikan oleh Pak M. Nuh, mantan rektor ITS, expert di bidang IT. Semoga Pak Nuh bisa melakukan tugasnya di Depkominfo sama baiknya atau bahkan jauh lebih baik lagi dari Pak Sofyan Djalil. Amin.

Oke, balik lagi ke laptop beasiswa!! Jadi beasiswa ini dimulai sekitar awal Maret 2007, di mana pegawai yang memenuhi syarat tertentu bisa memasukan aplikasi untuk ikut beasiswa, sekalian mencantumkan program beasiswa apa yang akan diikuti (S1, S2 atau S3) dan pilihan jurusannya. Setelah diseleksi oleh bagian yang menyelenggarakan beasiswa dan dinyatakan lulus seleksi, maka masing-masing pegawai bisa langsung mencari tahu mengenai universitas dan jurusan yang dipilihnya, seperti kapan pendaftaran, kapan ujian saringan, dan lain sebagainya. Jika memang harus melalui ujian saringan, maka ujian harus dilalui terlebih dahulu dan jika dinyatakan lulus oleh universitas yang bersangkutan, maka baru melapor ke bagian penyelenggara beasiswa untuk proses kelangsungan beasiswa selanjutnya (proses cair mencairkan dana gitu ganti).

Nah... berkaitan dengan beasiswa inilah, saya, Lesika dan Isnaldi seperti kembar siam tiga, aneh bin ajaib karena mengalami kejadian yang sama dalam menempuh beasiswa. Lho kok cuma bertiga sih, emangnya Ocha kemana? Kali ini Ocha tidak mengalami peristiwa yang sama dengan kita karena Ocha tidak mengambil program beasiswa disebabkan dia punya alasan dan pemikiran sendiri. Sayang memang, dan banyak yang menyayangkan, tapi keputusan ada di tangan Ocha sendiri dan Ocha pasti lebih tahu lah apa yang terbaik buat dirinya. Well, saya, Lesika dan Isnaldi, background nya sama, sama-sama lulusan dari jurusan kuliah S1 yang berbau-bau komputer. Saya dari Ilmu Komputer, Lesika dari Sistem Informasi dan Isnaldi dari Teknik Informatika, so kami pun mengambil jurusan S2 nya yang ngak akan melenceng dari basic jurusan S1 kami. Sebenarnya ada juga jurusan di luar IT yang menarik perhatian kami, namun demi masa depan.... ceillee... maksudnya berhubungan dengan angka kredit di PNS apabila kami mengambil jabatan fungsional suatu saat nanti, maka mau tidak mau jurusan S2 yang kami ambil basicnya harus sama dengan jurusan S1 kami, agar penilaian angka kredit lebih mudah dan lebih besar nilainya. Karenanya kami akhirnya memilih jurusan Teknologi Informasi UI. Kenapa UI semua? Because kami agak berat jika mengambil kuliah di luar Jakarta karena capekk..., also karena kami juga diharapkan oleh pejabat di unit kerja kami agar kami masih bisa lah mampir ke kantor, bahkan kalau ada waktu bisa juga kerja, walaupun kami kuliah nanti. Terus, kenapa jurusannya semuanya sama ya? Begini, di UI, di Fakultas Ilmu Komputernya, jurusan Pasca Sarjananya ada 2, yaitu Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Kami semua akhirnya memang memilih jurusan Teknologi Informasi, tentu dengan alasannya masing-masing. Untuk Isnaldi, alasan dia memilih Teknologi Informasi karena dia malas memilih Ilmu Komputer UI yang kelihatannya lebih banyak teori dan berhitungnya (dduuhh... Is, dimana-mana juga ada hitungan deh!) disamping itu karena dia lebih suka hal-hal yang lebih berbau-bau hardware. Kalau alasan saya apa ya? Hmm... sebenarnya saya lebih prefer ke Ilmu Komputer, seneng aja gitu sama pelajarannya yang kelihatannya menarik banget, cuma yaa... saya sadar dirilah! Saya sadar kapasitas memori otak saya yang sudah ngak gitu bagus seperti masa muda S1 dulu ... ceillee ... sehingga saya berpaling dari Ilmu Komputer yang memang pelajarannya kelihatan lebih berat dari Teknologi Informasi. Bukan pesimis sih, cuma nyari yang praktis dan bisa dikuasai aja (masalahnya ini beasiswa euuii... mesti wajib kudu selesai dalam 4 semester, titik! Kalo lebih dari 4 semester bayar sendiri.... waaahhh... ngak sanggup deh ah!) besides, Ilmu Komputer UI adanya di Depok, jauh dari rumah saya... he...he.. (cari yang nyamanan dikit dong!), sedangkan Teknologi Informasi kan di Salemba, deket banget sama rumah saya, tinggal naik bajaj bentar, nyampe deehh.... Dan yang utamanya, karena pelajaran-pelajaran di jurusan Teknologi Informasi sesuai atau sudah saya jalani dalam kehidupan kerja saya sehari-hari, dari mulai saya pertama kali kerja selepas lulus kuliah S1 dulu, sampai saya menjadi PNS sekarang, so Insya Allah mungkin ngak akan begitu sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan pelajarannya sekaligus pelajarannya yang lebih banyak langsung pada terapan bisa lebih mempermudah, memperlancar bahkan memperkaya pekerjaan saya. Kalau Lesika alasannya apa ya?? Awalnya dia tidak ingin ikut beasiswa dengan pertimbangan karena anaknya masih kecil, tapi karena bujukan dan rayuan dari Kabag Mutasi, Pak Sofyan Tanjung, agar Lesika mau mengambil beasiswa, akhirnya Lesika luluh juga deeh... so dia mau juga deh ikutan beasiswa. Masalah alasan jurusan yang dia pilih kayaknya yaa... ikut aja deh sama jurusan yang saya pilih... he...he.... engga deng, mungkin alasannya ngak beda jauh lah dari alasan saya mengapa memilih Teknologi Informasi. So, akhirnya, kita bertigaan nih milih universitas dan jurusan yang sama deh.

Kami memilih pendaftaran di UI pada Gelombang I yang sudah dibuka pada pertengahan Maret 2007. Saya dan Lesika daftarnya barengan, so nomor ujian kami tetanggaan, sedangkan Isnaldi daftar sendiri, namun lucunya nomor ujiannya Isnaldi merupakan kombinasi dari nomor ujian saya dan Lesika. Waktu mengembalikan berkas pendaftaran, saya, Lesika dan Isnaldi barengan ke UI Salemba, karenanya kami dapat nomor bangku ujian berurutan. Ujian dilakukan dalam 2 hari. Hari pertama adalah ujian TPA dan Bahasa Inggris, sedangkan hari kedua adalah ujian dengan bahan ujian sesuai dengan pelajaran yang akan kami pelajari nanti, gunanya untuk mengetahui apakah kami akan mengikuti kelas persiapan (matrikulasi) atau tidak, sebelum kami mengikuti kuliah sebenarnya. Ujiannya sendiri dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu, 24-25 Maret 2007, bertempat di Balairung UI Depok. Lucunya nih, karena kami dapat nomor ujian yang berurutan, kami berada dalam blok ruangan ujian yang sama, dan bangku ujian kami berdampingan satu baris, dan berada pada baris paling akhir dari ruangan Balairung lantai bawah. Banyak suka duka bersama yang kami lalui dalam mengikuti ujian tersebut, termasuk sakit badan, terutama leher dan punggung, akibat selalu menunduk waktu mengikuti ujian (karena ngak ada meja jadinya cuma bangku doang) yang pada hari pertama berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 14.30 dan hari kedua dari jam 9 pagi sampai jam 12.30. Dan yang paling lucu and rada nyakitin also memalukan juga sih nih... jreng...jreng... waktu hasil pengumuman lulus atau tidaknya kami masuk UI pada tanggal 21 April 2007, kami ternyata sama-sama tidak lulus test Bahasa Inggris...ha..haa... Bahasa Inggrisnya pada jeblok-jeblok sih... (maluuuu.... eeuuuiii...) karenanya kami mesti ikutan ujian ulang Bahasa Inggris deh. Ujian ulangan itu dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 12 Mei 2007. Kali ini bertempat di Fakultas Keperawatan UI Depok. Soal-soal ujiannya ternyata masih sama susahnya seperti soal-soal pada ujian sebelumnya, jadinya pada pasrah semua deh, pada senewen pisan... bisa lulus ngak ya??? duhhh... mau sekolah... udah gitu bayar and beasiswa pula.... kok... susah banget ya??? Hmmm... yaa... ambil hikmahnya aja deh, emang kayaknya mesti private and buka buku Bahasa Inggris lagi deehhh... gimana mau sekolah ke luar negeri ya kalau mau sekolah di dalam negeri aja, test Bahasa Inggrisnya, pada tewas dengan sukses semua...he...he...

Namun, akhirnya jeritan Lesika tadi, menghapus semua kesenewenan dan uring-uringan kami, karena kami akhirnya, Alhamdulillah, lulus test Bahasa Inggris juga. Hasil pengumuman itu kami lihat di web nya UI, tanggal 25 Mei 2007. Sebenarnya kami sudah deg-deg an dari pagi, menanti pengumuman lulus-lulusan test Bahasa Inggris tersebut, namun ternyata dari pagi pengumuman tersebut belum ada di web nya UI. Sampai waktu istirahat kantor pun pengumuman itu belum ada juga. Akhirnya, untuk melepas stres dan menyenangkan hati, waktu istirahat, saya dan Lesika jalan-jalan ke Tanah Abang deh. Idih..... ngilangin stres kok malah belanja ya? Yang ada sih bukannya hilang stres tapi hilang or buang-buang uang...he...he... tapi ngak papa deh, yang penting bisa menenangkan hati dan otak sesaat. Setelah sampai lagi di kantor sehabis dari Tanah Abang, kami akhirnya lihat internet lagi untuk mengetahui apakah pengumumannya sudah ada atau tidak dan ternyata.... sudah ada!! Saya dan Lesika pun akhirnya, dengan jantung yang berdebar keras, mencari nama kami plus nama Isnaldi dari sederetan nama yang dinyatakan lulus test ulang Bahasa Inggris... and finally... hoooreeeee.... nama kami ada. Mendadak saya bengong, rada ngak nyangka aja gitu, soalnya kan saingannya banyak juga. Sementara Lesika melonjak-lonjak gembira seperti anak kecil dan langsung memeluk badan saya kuat-kuat...huaaa... sampai saya sesak nafas nih.... tapi ngak papa deh... soalnya... wuuaahhh.... we were happy... horee.... yeess...yesss.... kita lulussss.......!! Sewaktu saya dan Lesika sedang bersorak kegirangan, Isnaldi pun masuk ke dalam ruangan dan mendapatkan kabar gembira tersebut. Of course dong dia juga happy.... senyumnya mekar banget tuhhh ... and then... yang dia lakukan adalah... hayooo... cepet-cepet print itu pengumuman .... yeeesss...... after that...hi...hi.... kasih pengumuman itu ke bu Dewi, yang ngurusin beasiswa, so... kami bisa segera mendapatkan uang reimburse an, ngegantiin biaya pendaftaran dan ujian yang sudah keluar dari kocek kami sendiri sebelumnya..... Hi..hi.... dasar otak bisnis!! Huaaa...... leganyaa..... akhirnya bisa sekolah juga deh!! Well, UI..... stay there (emangnya UI mau kemana ye?? %#%^&^&) and wait for us!!!! We will come!!

Monday, May 21, 2007

100% PNS


Pak Murti membagikan kertas itu satu per satu kepada kami yang berada di dalam ruangan server. Saya, Lesika, Isnaldi dan Ocha menerimanya dengan senang hati, sambil tidak henti-hentinya mengeluarkan omongan yang berhubungan dengan kertas tersebut. Berhargakah kertas itu? Waahh... pastinya dong!

Kertas-kertas yang dibagikan oleh Pak Murti beberapa hari yang lalu itu merupakan ketetapan status kami di Pegawai Negeri karena kertas tersebut menandakan bahwa mulai saat itu atau kalau menurut yang tertulis dalam kertas tersebut yaitu terhitung mulai tanggal 1 Mei 2007, status kami benar-benar sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), bukan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) lagi. Kertas tersebut merupakan Surat Keputusan (SK) pengangkatan kami menjadi PNS.

Menjadi PNS yang benar-benar PNS apa rasanya ya? Pastinya sih lega ... senang juga... tapi kalau ditelaah lebih lanjut, kok biasa aja ya? Biasanya mungkin karena pemberian SK itu langsung begitu saja, oleh Pak Murti yang ruang kerjanya satu ruangan dengan kami. Dulu, waktu pemberian SK CPNS, kami khusus dikumpulkan di ruangan Pak Harno, di bagian Perencanaan, dan SK dibagikan satu per satu oleh Pak Harno kepada kami, setelah itu Pak Harno memberikan wejangan, masukan bahkan cerita kepada kami mengenai Pegawai Negeri dan gimana or bagaimana Pegawai Negeri itu, jadi ada semacam pertemuan kecil-kecilan gitu. Kalau kali ini sih tidak ada yang begituan lagi, karena Pak Murti langsung memberikan SK nya kepada kami, pemberiannya pun dalam keadaan yang santai banget, engga ada resmi-resmian deh. Yaa... memang kali ini yang memberikan SK adalah Pak Murti, bukan Pak Harno lagi karena memang Pak Murti lah yang mengurusi soal pengangkatan pegawai di wilayah Sekretariat Jenderal (Sekjen). Karena Biro Kepegawaian dan Organisasi merupakan unit kerja di bawah Sekjen, maka otomatis pengangkatan kami pun diurus oleh Pak Murti. Karena Pak Murti adalah bapak yang rajin dan baiknya minta ampun, maka pengangkatan kami atau maksudnya SK kami pun cepat kami terima dan urusan penggajian kami dengan kas negara pun diurus dengan serius oleh Pak Murti sendiri. Makasih banyak ya, Pak ... karena kami banyak dibantu dan tidak direpotkan, padahal masih banyak pegawai di unit kerja lain yang mungkin mengalami kerepotan karena mengurusi hal-hal tersebut sendirian.

Menjadi PNS setelah setahun menjadi CPNS memang tidak ada bedanya, sama saja, karena rutinitas kerjanya sama saja. Pekerjaannya sama, kehidupan kerjanya pun sama, yang berubah mungkin masa kerja kami yang sudah setahun lebih, berarti masih ada 3 tahunan lagi untuk naik pangkat (duillee... cepet-cepet banget pingin naik pangkat) dan yang utama nih, gaji kami sudah 100% penuh... full deh! Kemarin kan waktu statusnya CPNS, menurut peraturan pemerintah, gaji pokok yang kami terima cuma 80% nya dan sudah menjadi aturan pemerintah pula bahwa jangka waktu dari CPNS menjadi PNS adalah minimal 1 tahun, setelah itu dapat diangkat menjadi PNS, tapi tentunya dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah sudah mengikuti Prajabatan, adanya surat kesehatan hasil test kesehatan dari rumah sakit pemerintah yang menyatakan bahwa seorang pegawai sehat dan layak diangkat menjadi PNS; dan surat penilaian kinerja (DP3) dari unit kerja masing-masing. Prajabatan sendiri sudah kami ikuti pada tanggal 27 Agustus 2006 sampai dengan 9 September 2006 yang lalu. Sedangkan test kesehatan dilakukan sesuai dengan keinginan masing-masing mau melakukan test kesehatan dimana, asalkan merupakan rumah sakit pemerintah. Lesika, Isnaldi dan Ocha melakukan test kesehatan di RS Tarakan, sedangkan saya di RS Cipto Mangunkusumo... ya... seneng-senengnya aja or nyaman-nyamannya aja mau test kesehatan di mana. Umumnya test kesehatan tuh meliputi pemeriksaan darah dan urin lengkap, ditambah dengan pemeriksaan atau rontgen paru-paru. Rekomendasi dari rumah sakit, berdasarkan hasil test kesehatan tersebut lah, yang memberikan masukan apakah kami sehat or layak atau tidak untuk diangkat menjadi PNS. Umumnya jika tidak ditemukan hal-hal yang serius sekali dari hasil pemeriksaan kesehatan maka rekomendasi layak menjadi PNS merupakan hal yang umum dilaporkan. Kalau DP3 itu sih terserah dari kepala bagian unit kerja yang bersangkutan yang menilai. Umumnya kalau kita menjadi seorang pegawai yang baik maka DP3 nya pun nilainya juga baik.

PNS selalu dihubungkan dengan kaya raya mendadak or menjadi koruptor. Entahlah stigma itu benar atau tidak, tapi sesuai dengan pandangan mata kami, menjadi PNS yang benar umumnya adalah gali lubang tutup lubang...he..he.. atau umumnya ngutang dulu, terus gajian buat bayar hutang dan nantinya pas uang sudah menyusut ... yyyaaa... ngutang lagi deh!! Begitu kali yeee... tapi mungkin ini hanya sebagian saja, ada pula yang gajinya cukup buat kehidupan rumah tangganya, bahkan mungkin memang benar ada sebagian yang kaya raya, entah dari mana kekayaannya, tidak mau ah su’udzon atau pun ghibah. Tapi memang benar, jika menjadi PNS yang benar, maka terasa sekali bahwa gaji seorang PNS sangatlah kecil, sedangkan kebutuhan hidup makin lama makin banyak dan keadaan perekonomian negara pun makin sulit, sementara itu kita sebagai PNS dituntut untuk menjadi PNS yang kinerjanya bener-bener great, berhubung kita adalah abdi negara, rasanya ngak adil aja gitu, PNS dituntut untuk berjuang buat negara (ceillee...) sementara gajinya kecil, sedangkan sektor swasta...hmmm.... kayaknya cuma buat nyari profit sebesar-besarnya aja dehhh... he...he... tapi ini cuma pandangan kami loohh.... pandangan kami ini ditujukan untuk sebagian PNS yang memang bener-bener murni berjuang buat keluarga dan negaranya, sedangkan PNS lainnya dengan seribu satu alasan kerja or seribu satu malam kinerjanya and how they collect money.... yaa... wallahu alam deh! Bingung ya? Saya juga bingung nih...hii..hiii... maklum bukan orang yang pinter dalam bidang komunikasi sih jadinya ngomongnya ngaco! Tapi ya itulaahh... stigma bahwa PNS pasti koruptor itu sudah menjadi pandangan umum, susah banget dihilangkan, padahal korupsi tidak hanya terjadi di pemerintahan, tapi juga dapat terjadi di perusahaan swasta, sayangnya di swasta memang tidak terlalu di blow up, berhubung memang sih karena di swasta punya urusan dalam negeri sendiri dan memang bukan uang rakyat, di samping memang karena rumus bahwa Pemerintah = PNS = Koruptor sudah dihapal diluar kepala setiap orang, dari mulai anak kecil sampai orang dewasa or orang tua, melebihi rumus Einstein, Phytagoras, bahkan pertambahan or perkalian aritmatika (hi...hi... ngak-nyambung.com). Sebel memang sama stigma itu. Yaa.. contohnya seperti pengalaman kami waktu diterima menjadi Pegawai Negeri, pasti orang yang tahu kami menjadi PNS langsung mengucapkan selamat, karena memang menjadi Pegawai Negeri tuh susah banget, harus melalui berbagai test saringan masuk dan melawan beribu-ribu bahkan berjuta-juta rakyat Indonesia, disamping juga karena menjadi PNS ada kelebihannya yaitu adanya pensiun di hari tua dan tidak adanya PHK, namun selain ucapan selamat pasti ujung-ujungnya ada ucapan yang garis besarnya begini ... ”bayar berapa biar bisa masuk kesana??” *guabraaakkk*.... rada nyelekit sih, padahal kami nih, di Depkominfo, penerimaan PNS tahun 2006 kemarin, murni masuk lewat test, saringan dan penyeleksian, sama sekali engga ada uang-uang an deh.... jadi asli lewat perekrutan yang benar gitu... kalau bagi kami yang bisa masuk menjadi PNS yang murni tanpa uang-uang an yaa... untung banget or untung-untung an deehh... karena ya engga tahu deh kalau di tempat lain or departemen lain gimana perekrutannya... apa ada yang main uang atau tidak... ya... wallahu alam... sekali lagi engga mau su’udzon atau pun ghibah... tapi ya balik lagi, engga bisa juga sih menyalahkan masyarakat yang ngomong begitu, karena ya itu tuh.... rumus di atas sudah dihapal banget sama masyarakat... disamping selain dihapal ternyata rumus itu memang bukan sembarang rumus karena rumus itu mungkin sudah ada pembuktian dan contoh-contoh konkretnya gitu!

Sebenarnya, selain masalah uang dan stigma koruptor, menjadi PNS juga perlu perjuangan yang lebih keras, berhubungan dengan fasilitas kerja dan kebiasaan kerja, jadi mungkin kerja kerasnya mesti berlipat-lipat. Nah lho kok bisa, kan Pemerintahan mah banyak uangnya, jadi fasilitas kerja bisa menunjang dong? Wah, emang kali ya banyak uang, cuma kan mesti lewat birokrasi or garis besarnya ada aturan dan cara mainnya sendiri, engga bisa seenaknya aja, engga bisa semaunya kita. Jadi yaa... pertama-tama, terima aja dulu deh situasi kerja dan budaya kerjanya gimana and then dibuat happy, karenanya rumus pertama jadi PNS tuh harus sabar, jangan cengeng, karena kalau cengeng... wadduuhh... bakalan engga betah deh jadi PNS karena jadi PNS tuh ternyata banyak ujiannya, tidak seenak seperti bayangan kebanyakan orang lho! Trus, jika memang budaya kerjanya tidak menunjang dan belum ada prasarana penunjang buat kerja, ya udah buat diri sendiri gimana punya tekat untuk bergiat bekerja dan berguna buat diri sendiri atau orang lain, atau minimalnya pemikirannya gini, buat diri sendiri berkreasi dengan tujuan biar diri sendiri bisa tambah pinter, who cares about lainnya or hal lainnya deh, yang penting nih otak engga karatan dan engga tumpul. Nah, itu tuh rumus kedua setelah sabar. Kadang kita sering mensyaratkan bahwa kita akan berubah jika lingkungan kita sudah berubah terlebih dahulu, padahal kalau pemikiran itu tetap ada di otak kita, kita akan mati kaku karena kita tidak mau mencoba melangkah... ceillee... sok bijak nih... so... mangkanya.... gimana pun... harus tetep dimulai dari diri sendiri, minimal seperti yang dijelasin di atas, membuat diri sendiri giat bekerja tanpa menunggu yang lain bekerja dahulu. Tapi kalau dipikir-pikir memang susah sih, mau bekerja giat dan dimulai dari diri sendiri tapi kalau engga ada fasilitas yang menunjang, misalnya tidak ada komputer buat memperlancar kerja, gimana dong? Bete juga kan.... Masak kerjaannya cuma ngekonsep or baca buku pelajaran aja, berasa kuliah deh! Kami sebenarnya sempat mengalami fase tersebut tapi garis besarnya kami bisa melaluinya karena kami menerima apa pun kerjaan yang disodorkan kepada kami, rumusnya cuma satu yaitu kami digaji so kami harus bekerja biar engga makan gaji buta dan anggaplah segala hal yang mesti dikerjakan merupakan hal-hal pembelajaran dan menambah ilmu buat kami, engga boleh ada kata sombong bahwa suatu pekerjaan bukan level kami atau tidak sesuai dengan ijazah kami. Nah, yang ini rumus ketiga. Pokoknya kerja yang baek aja deh, kalau kerjanya bagus Insya Allah bakalan dianggap dan diperhitungkan kok oleh para pejabat di lingkungan kerja masing-masing, bahkan kehadiran CPNS baru dapat dianggap memberikan suasana baru dan banyak membantu pekerjaan para senior lainnya, dengan catatan nih para CPNS baru tidak boleh sombong terhadap senior, apa pun titelnya, mau S1, S2, S3, S Teler, S Krim or S lainnya .... mesti harus tetap kudu bersikap sopan dan ramah terhadap orang yang lebih tua dari kita atau yang sudah bekerja lebih dahulu dari kita, gimana pun mereka, karena percaya deh, kalau kita baik sama orang maka orang akan baik juga kok sama kita. Jadi intinya sih kerja sama yang baik gitu, simbiosis mutualisma, saling menguntungkan kedua belah pihak. Kalau kedua belah pihak saling untung dan senang kan jadinya situasi kerja menjadi menyenangkan, kalau situasi kerjanya enak, maka Insya Allah kerjaan bawaannya enak aja dan bisa bikin betah. Kalau sudah betah dan nyaman, Insya Allah akan bahagia-bahagia aja deh kerjanya. Tapi walau sudah nyaman dan betah, tetap harus berusaha untuk melakukan perubahan jika situasi kerjanya masih dianggap jauh dari pemikiran layaknya situasi kerja seperti yang ada di dalam bayangan otak kita; dan juga jika sistem serta prosedur suatu kerjaan jauh dari kata baik atau bagus. Ide-ide kreatif bisa disampaikan kepada para pejabat terdekat (Kasubag / Kabag) dan mudah-mudahan bisa diperjuangkan untuk diwujudkan, jadi sabar-sabar aja (back to rumus 1), bisa saja direalisasikan sekarang atau bahkan tahun depannya atau bahkan tahun-tahun berikutnya .... he...he... sesuai dengan rencana kerja dan dana tahunan siihh.... tapi kalau diusahakan dengan keukeuh tanpa menyerah dan kerjasama dengan para Kabag dan Kasubag berjalan dengan baik, dalam arti para pejabat juga mau mendengarkan masukan para pegawainya, Insya Allah sih apa yang diinginkan, demi kebaikan bersama, bisa dapat direalisasikan. Jika semua sudah diusahakan demi kebaikan diri sendiri dan of course buat orang lain, rumus terakhir yaaa... pasraahh dan tawakal aja...he...he... kan dunia ini panggung sandiwara, tidak semua keinginan bisa tercapai, so banyak-banyak berdo’a aja deehh..... di samping itu kan hidup ini adalah ujian dan selama kita hidup selama itulah Allah menguji kita sehingga bisa tampak jelas mana yang bersyukur mana yang tidak... ceiillee... kayak ustadzah aja neehhh.... dan yang ngak kalah penting lagi nih yaitu ikhlas, menjadi ikhlas tuh sebenarnya susah banget, tapi ya mau gimana lagi.... harus tetap diusahakan... karenanya balik lagi seperti dijelaskan di atas, banyak-banyak berdo’a, mudah-mudahan menjadi PNS itu adalah berkah buat kita, bukan ujian berat buat kita.... (seperti yang dibilang di atas, jadi PNS itu banyak ujiannya lho, jadi mesti sabar dan kuat iman nih). Kalau sudah pasrah dan ikhlas... yaaa... ikuti saja.... life must go on and titik deehhh ....hii...hiii... penjelasan mengenai PNS yang jelek banget ya? Well, engga tahu deh jadi PNS tuh gimana dan mesti gimana, masing-masing orang pasti punya konsep dan pemikirannya sendiri-sendiri. So... jadii.... menjadi PNS.... gimana dong? Duuhhh.... ngak tahu yaa.... mungkin tujuh lima dua lima... cepek .... eehh... capeekkk deehhhh.......!!!