Tuesday, November 27, 2007

Demi Matahari


By: Snada
Read: QS. Asy-Syam

Demi matahari dan sinarnya di pagi hari
Demi bulan apabila ia mengiringi
Demi siang hari bila menampakan dirinya
Demi malam apabila ia menutupi

Demi langit beserta seluruh binaannya
Demi bumi serta yang ada dihamparannya
Demi jiwa dan seluruh penyempurnaannya

Allah… Subhanallah…
Allah… Subhanallah…
Allah… Subhanallah…
Allah… Subhanallah…

Allah mengilhamkan
Sukma kefasikan dan ketakwaan
Beruntung bagi yang mensucikannya
Merugi bagi yang mengotorinya

Subhanallah….

=============================

Kenang-kenangan mendalam dari:

The ESQ Way 165
By Ari Ginanjar Agustian
Jakarta Convention CenterJakarta
23-25 November 2007

"Al-Qur'an begitu indahnya ..."
"Kedua mata hanya boleh menitikan air mata hanya karena Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW"

Tuesday, November 20, 2007

Kangen...!


Meja di depan saya masih tetap kosong tak berpenghuni. Biasanya, di saat-saat seperti ini, mengalun musik dari komputer yang ada di atas meja tersebut, atau ada tawa renyah, jeritan dan ocehan riang dari seseorang yang biasa duduk di meja tersebut. Namun, sudah sebulan lebih meja tersebut kehilangan pemiliknya. Sepi rasanya!

Sedih menggigit hati saya dan kangen membuncah menyeruak di hati saya. Ya… saya kangen sama si pemilik meja itu, Ocha. Sejak bulan Oktober kemarin, Ocha pindah ke unit kerja BPPI Medan. Ocha bukan lagi penghuni Rowai. Kenapa Ocha pingin pindah ke Medan? Entahlah…. Yang saya tahu pasti memang karena dia berasal dari Medan, ujian PNS di Medan, lulus di Medan, namun kemudian ditempatkan di Jakarta, jauh dari kampung halamannya, jauh dari belahan hatinya, sehingga mungkin dia belum merasa ikhlas untuk menerima kenyataan bahwa Medan sudah dia tinggalkan. Hari-hari dia selama di Jakarta dilalui dengan segala suka cita dan kebersamaan di Rowai, namun di lubuk hatinya yang paling dalam dia merasa bahwa Jakarta bukanlah hidupnya… hatinya sudah tertanam kuat di Medan, tidak bisa digantikan, Medan adalah segala-galanya… terutama Medan adalah tempat dia merasa harus berbakti kepada bundanya. Melalui segala cara, menghadapi segala halangan, Ocha berusaha untuk kembali ke Medan, dan akhirnya ketika pergantian pimpinan Rowai terjadi, Ocha bisa merealisasikan keinginannya itu. Hatinya berbunga. Medan akan diraihnya kembali.

Sayangnya, saya jarang menghabiskan waktu di hari-hari terakhir menjelang Ocha kembali ke Medan karena ritme hidup saya yang berubah drastis yang membuat pertemuan saya dengan Ocha semakin sempit. Saya sudah mulai kuliah sambil kerja, pagi kerja, siang berangkat kuliah, berat! Apalagi ditambah dengan segudang kuis, paper dan tugas kelompok kuliah yang tebal laporannya bisa menjadi bantal, membuat saya sibuk dan semakin jarang kontak dengan Ocha. Selain itu, Ocha dipekerjakan untuk membantu kerjaan seorang staf ahli, sehingga Ocha tidak banyak menghabiskan waktu di Rowai karena dia memiliki ruangan kerja baru di gedung depan, hanya sekali-kali saja Ocha datang ke Rowai kalau dia memang kangen dengan kami disini dan merasa sepi di sana, atau jika ada panggilan dari kami di sini yang mengajaknya makan bareng untuk merayakan peristiwa tertentu.

Ketika Ocha pamitan sama saya karena besok dia akan pindah ke Medan dan tidak di Rowai lagi, saya pun tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama dia karena saya harus pergi kuliah. Namun, saat itu, saya masih gak yakin kalau mulai besok Ocha tidak ada lagi di Rowai. Saya harus berkali-kali menegaskan Ocha apakah benar dia akan pergi besok dan Ocha dengan senyum sumringahnya yakin seyakin-yakinnya kalau dia akan kembali ke tempat dimana hatinya tertinggal. Saya cuma bisa menitikan air mata kala itu. Memang benar, saya akan kehilangan Ocha. Walaupun zaman sudah maju, komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui dunia maya, namun itu tidak akan sama, karena saya tidak bisa menghabiskan waktu bersama-sama lagi dengan Ocha secara real.

Cha, langit tidak begitu garang hari ini, bahkan udara di luar begitu sejuknya. Biasanya kita akan keluar kantor di waktu istirahat, menyeberang jalan, masuk ke gedung depan seakan-akan kita karyawan di sana dan menemui ibu tua pemilik toko nasi dan mencicipi tempe bacemnya. Tapi, tidak akan ada lagi hal itu. Ibu itu pun pasti sangat merindukan dirimu, sama seperti saya yang kangen sama kamu. Kangen becanda dengan dirimu, kangen nyanyi bareng, kangen ngerjain Pak Cecep, kangen ngeledekin Pak Maryadi, kangen bikin was-was Pak Hipnu, kangen judesin Isnaldi, kangen pusing mikirin data bareng, kangen outbound bareng lagi, kangen jadi panitia-panitiaan acara lagi, kangen…, kangen…., kangen….. Duhh… kangen nih, Cha! You are really my best friend… ! Detik ini saya berharap ada tawa kamu dari meja di depan saya itu… tapi saya tetep bermimpi…. Tiba-tiba saya merasa sepi….. sama seperti orang-orang di sini yang merasa sepi setelah kamu tidak ada lagi disini… hiperbola kah? Entahlah… saya hanya merasa ingin ketemu temen saya yang penuh keceriaan yang bisa membuat saya tertawa walaupun tekanan hebat pekerjaan sering saya alami… teman yang bisa membuat kami disini, baik tua maupun muda, tertawa renyah mendengar lelucon dan melihat tingkahnya… teman yang benar-benar menyenangkan… really miss you my dear friendwe hope you are success there… and get what you want! Amin! Never forget us, ok?!

Monday, August 27, 2007

Kuliah


Hari ini adalah hari saya, Isnaldi dan Lesika, mulai kuliah S2 di Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia. Saya dan Lesika kuliahnya siang hari mulai jam 14.00, sedangkan Isnaldi kuliahnya malam mulai jam 19.00. Senang banget tapi was-was... bisa gak ya kuliah sambil kerja? Hmmm... tapi harus disyukuri dan harus pula dijalani ... wish us luck yaa... !!

Tuesday, July 17, 2007

Welcome and Bubbye ...


Kemarin ... satu peristiwa penting lagi terjadi di Biro Kepegawaian dan Organisasi ... datang dan pergi ...

Tepat jam 16.30 WIB, tanggal 16 Juli 2007, di Gedung Belakang Depkominfo, Lantai 8, tongkat estafet itu pun berpindah...

Selamat jalan Ibu Sumarwati Meinara, Ibu Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi yang lama, yang harus menyerahkan tongkat kepemimipinannya kepada penerusnya dikarenakan beliau sudah memasuki masa pensiun kerjanya.

Selamat datang Ibu Sri Wuryatmi, di Biro Kepegawaian dan Organisasi, meneruskan perjuangan dan kepemimpinan dari Ibu Sumarwati Meinara.

Semoga Ibu Sumarwati masih dapat terus bekerja dan berkarya walaupun sudah tidak berada di dalam ruang kerja Depkominfo lagi ... dan semoga Ibu Wuryatmi bisa berkarya dan bekerja di Biro Kepegawaian dengan kebahagiaan yang selalu mengisi ruang hati Ibu dan bisa meneruskan perjuangan Ibu Sumarwati dengan semangat yang selalu menyala... amin...

Monday, July 2, 2007

SUMPAH !!


Wuiihh… ngapain nih main sumpah-sumpahan, serem ahhh… tapi ya kali ini emang harus bersumpah (tanpa serapah). Bukan karena ngelakuin sesuatu yang salah jadi terusnya harus sumpah pocong lohh… tapi emang sumpah ini kudu, wajib dan harus dilakuin dan merupakan bagian prosedur yang harus dijalankan di PNS. Well, emangnya sumpah apaan siih???

Hmmm… hari ini dilakuin sumpah pengangkatan PNS. Jadi nih, kami yang awalnya CPNS sekarang kan sudah 100% PNS, SK nya pun sudah keluar, tapi untuk lebih menegaskan lagi mangkanya harus ada sumpah pengangkatan PNS, itu loh model-modelnya kayak sumpah jadi presiden or menteri. Nah, untuk PNS yang di pusat plus PNS di BPPI Bandung, sumpahnya dilakuin di Depkominfo Pusat (Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta), Lantai 8 Gedung Belakang Depkominfo, sedangkan yang berada di daerah-daerah, lebih spesifiknya yang di Balai Monitor (Balmon) dan Loka, sumpahnya digabungin sama PNS Postel yang berada di Postel Pusat dan acaranya dilaksanain di markas besarnya Ditjen Postel (Gedung Pariwisata, sebelahnya Indosat, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta), secara Balmon dan Loka tuh semacam UPT nya Postel gitu, dan juga hhmmm… karena Postel kayak punya rumah tangga dan kekuatan sendiri jadi mampu mendatangkan yang di daerah ke Jakarta (wadduuhh… bukan syirik loh… tapi iri…he…he… becanda.com). Khusus PNS lainnya yang di daerah tapi bukan Postel, sumpahnya ya… dilakuin di satker or unit kerjanya masing-masing (yaaa…. nasib!!), habisnya kalau ke Jakarta juga kayaknya engga efisien deh, buang-buang waktu dan uang, lagi pula acara sumpahnya sendiri cuma bentar kok, cuma sekitar sejam-an, jadinya kan kayaknya engga ada untungnya (bagi yang menanggung biaya… he…he…) untuk mendatangkan yang di daerah ke pusat (untungnya buat yang daerah bisa jalan-jalan dan kangen-kangenan sama temen-temennya yang di Jakarta…hii…hi… tapi sayangnya engga kesampaian....ihhiiiikkkk.....).

Acara pengambilan sumpah ini dilakukan sekitar jam 10 pagi. Para PNS dikelompokan berdasarkan agamanya masing-masing. Dari agama Islam, baris paling depan diwakilkan oleh Isnaldi dan Lesika (Both of them are from Rowai), dari agama Protestan diwakilkan oleh Ocha (Rowai), sedangkan dari agama Katolik diwakilkan oleh Nando (Ditjen Aptel). Rohaniawan masing-masing agama didatangkan dari Depag. Acaranya sendiri dipandu oleh Bapak Ashwin Sasongko, Sekjen Depkominfo. Lamanya acara, seperti dibilang di atas, engga begitu lama, cuma sekitar sejam-an, tapinya nih .... acaranya pada berdiri semua and pastinya bikin pegel dongg ... wuiihh... untungnya sih cuma sejam, coba kalau lebih dari sejam.... waadddoowww.... bisa-bisa tambah gempor nih kaki plus betis he...he.... Adapun format bacaan sumpahnya sudah ada or tertera di buku panduan tersendiri, jadi dimana-mana model sumpahnya sama, ngak ada bedanya. Tapi ada yang menyeramkan dari penyumpahan ini lohh... yaitu kata-kata ”Demi Allah” nya atau ”Demi Tuhan” nya... iihhh... itu kan serem banget, berarti kalau kita mengucapkannya kan itu tandanya kita sudah berjanji banget-banget sama Tuhan untuk melakukan hal-hal yang tertera dalam sumpah. Nah lho, bisa engga ya kita menepati janji itu sama Tuhan? Bisa engga ya kita menjadi PNS yang baik sesuai yang kita ucapkan dalam sumpah itu? Wallahu alam deh .... tapi mudah-mudahan, bagi yang mengucapkan sumpah itu bisa bener-bener menepati janjinya dalam sumpah PNS itu, dan bagi yang ikut sumpah tapi mulutnya engga ngomong, alias engga keluar sumpah janji dari mulutnya, mudah-mudahan juga bisa jadi PNS yang baik, walaupun secara bathin tentunya lebih tenang karena engga pernah berjanji yang demikian sama Tuhan, soalnya kan penyumpahan itu kayak seremonial aja (hee...he... waduuh.... bisa kena SP nih!). But, yang utama sih, dan paling penting, bukan soal keluar sumpah dari mulut kita, tapi kita berusaha saja menjadi PNS... pegawai yang baik dan giat bekerja.... gimana pun kondisinya .... dan juga kita berusaha memberikan sesuatu yang baik buat pekerjaan dan sekeliling kita. So, dengan berusaha dan punya prinsip seperti itu, ada sumpah atau tidak ada sumpah, kita sudah berusaha menjadi manusia pekerja yang baik dan Insya Allah akan dirihoi Allah SWT dan dijauhkan dari murkaNya, amin.

Tuesday, June 26, 2007

Cinta - Dimas



C I N T A

by Melly Goeslow
Sung by : Dimas 'Idol' Mochammad
At Indonesian Idol, June 15, 2007


Menapak jalan yang menjauh
Tentukan arah yang ku mau
Tempatkan aku pada satu peristiwa
Yang membuat hati lara


Di dekat engkau aku tenang
Sendu matamu penuh tanya
Misteri hidup akankah menghilang
Dan bahagia diakhir cerita

reff:

Cinta tegarkan hatiku
Tak mau sesuatu merenggut engkau
Naluriku berkata
Tak ingin terulang lagi
Kehilangan cinta hati
Bagai raga tak bernyawa

Aku junjung petuahmu
Cintai dia yang mencintaiku
Hati yang dulu berlayar
Kini telah menepi
Bukankah hidup kita akhirnya harus bahagia

Cinta biar saja ada
Yang terjadi biar saja terjadi
Bagaimanapun hidup
Memang hanya cerita
Cerita tentang meninggalkan
Dan yang ditinggalkan

Cinta.....

Enjoy him :

http://www.youtube.com/watch?v=TGVpqxDsHn0
http://www.youtube.com/watch?v=T2pjiWVIRu4

Monday, June 25, 2007

Dimas, Ihsan dan Mamamia


”Sarah, sampai ketemu minggu depan!”, teriak Daniel Mananta pada acara Indonesian Idol, Jumat, 22 Juni 2007, ketika mengumumkan kontestan mana yang tersisih pada malam spektakuler tersebut. That's mean that Dimas tersisih, karena pada saat itu kontestan yang berada dalam keadaan posisi tidak aman adalah Sarah dan Dimas.

Deegghh... jantung saya langsung berdetak kencang dan tubuh saya lemas seketika... seddiih... ihikk...ihikkk... akhirnya Dimas tersisih juga setelah 4 kali berada di bottom three selalu lolos, namun di bottom three or tepatnya bottom two nya yang ke-5 ini, Dimas harus pulang juga.

Tidak akan ada lagi Dimas di next pertarungan Indonesian Idol pada Jumat depan dan minggu-minggu berikutnya. Tidak akan ada lagi rocker lincah, dengan lambaian tangan dan geol pinggangnya yang menjadi ciri khasnya, tidak akan ada lagi penyanyi dengan suara serak-serak yang bisa menyanyikan hampir semua jenis musik - baik yang bertempo lambat maupun cepat - dengan performance yang bagus, tidak akan ada lagi anak santun dan sopan yang menjadi pilihan Andi /Rif, Krisdayanti bahkan David Naif, tidak akan ada lagi kontestan yang datang dari wild card, dengan semangat, keseriusan dan kepintarannya, berlatih dengan keras, sehingga yang tadinya sering tidak dianggap oleh Anang Hermansyah akhirnya menjadi kesayangannya Anang dan tidak akan ada lagi seorang underdog, yang tadinya dianggap remeh orang, sering mendapatkan cacian hanya karena dia seorang wild card, dan sepi penggemar, namun akhirnya diakhir-akhir menjelang dia tersisih, dia mendapatkan begitu banyak pengakuan akan kemampuannya bernyanyi dari banyak orang dan mendapatkan gelombang penggemar yang tidak hanya mengagumi kemampuannya bernyanyi namun juga karena aura dirinya yang bersih dan teduh.

Sedih rasanya harus kehilangan Dimas dari panggung spektakuler. Saya rasa semua keluarga dan penggemar Dimas, sudah berusaha keras membantu untuk meloloskan Dimas ke-5 besar, namun apa daya, bank voting Dimas kalah bersaing dengan bank voting kontestan lain yang memang jauh lebih kuat. Tapi semua harus diterima dengan sabar dan ikhlas, karena semua itu berpulang kepada kehendakNya. Allah lah yang memberi dan menolak. Jika sesuatu itu Allah kehendaki, maka hal itu pun akan terealisasi, namun bila tidak dikehendakiNya, maka tidak akan terjadi. Apa pun yang ditetapkan Allah adalah yang terbaik buat Dimas, ada rahasia Allah di sana. Semoga Dimas selalu bersyukur atas apa pun yang diberikan oleh Allah buat dirinya, dan terus berusaha untuk kemajuan dirinya, karena perjalanannya masih begitu panjang. Semoga di perjalanan berikutnya, dia akan menggapai lebih banyak lagi kesuksesan. Apa pun dan bagaimana pun, Dimas sudah memberikan yang terbaik di Indonesian Idol, dan kami semua bangga pada dirinya.

Duhh... kenapa kali ini saya menulis soal Dimas Idol di blog Rowai yaa...??? Berasa ini jadi blog pribadi deh. Hmmm... saya menulis tentang Dimas, karena video clip nya Dimas di Youtobe, waktu menyanyi di acara Indonesian Idol, menjadi santapan sehari-hari saya waktu jam istirahat. Selain Dimas, saya juga enjoy menikmati video clip nya juara Indonesian Idol tahun 2006 lalu, Ihsan, sekalian bernostalgia mengenang perjalanan Ihsan menuju tangga juara. Sayang, Dimas tidak bisa mengikuti jejak Ihsan menjadi juara. Kalau sudah nonton Dimas atau Ihsan, pasti Isnaldi dan Lesika ketawa-tawa... menertawakan saya yang masih aja kayak anak ABG, nonton yang begituan.... apalagi saya masih suka juga mengintip web nya Mamamia Indosiar dan setiap web nya terbuka... langsung deh bergema lagunya Mamamia di ruangan kerja kami.... tapi lagu Mamamia tersebut ternyata cukup membuat Isnaldi turut bernyanyi juga kok... nah lho... benci tapi rindu ya, Is?? Ya, mau apa dikata, daripada seperti Isnaldi.... jam istirahat kerjaannya.... Attack...attack...” itu tuh suara yang keluar dari game perang-perangan. Kalau saya masih ABG, berarti Isnaldi balita dong... soalnya masih suka main perang-perangan. Kalo Lesika? Wah, ntah deh gimana.... kadang main game congklak-congklakkan atau bahkan suka main ”Sunsilk... sunsilk an” yang musiknya berasa country melulu. Itu ibu satu anak, masak masih main mainannya anak gadis SD sih...hi...hii... tapi ya sutra lah... yang penting, waktu jam istirahat ngak bete karena masing-masing punya kesibukan dan mainannya sendiri-sendiri.

Tapi.... kok... mendadak saya balik lagi keingetan sama Dimas yang gagal di Indonesian Idol sih....??? Jadi sedihh... rasanya pingin nangis... maklum lah emak-emak... berasa banget kalo ”anak” nya ngak ”lulus ujian” tertentu... nah lhoo... bingung kaan...??? tapi apa mau dikata... guncah di hati ngak bisa merubah takdir yang sudah terjadi... do’a saya semoga Dimas sukses selalu.... amiinn... Saya tunggu albummu ya, Dim!!

Gaji ke-13


Huaaa... today... just a few words aja deh ....
Horee.... dapat gaji ke-13 ...bluupp...bblluupp... blluuuppp..... @#@#%&*%^

(* di otak mulai bergelimpangan deh berbagai aneka ragam rencana belanja...pfffuiiihhh.... *)

Tuesday, June 19, 2007

Selamat Ulang Tahun Ibu Biro.....


"Panjang umurnya... panjang umurnya... panjang umurnya serta mulia... serta mulia... serta mu...liaaa..."

Lagu "Panjang Umurnya" yaitu lagu khas seseorang yang sedang berulang tahun, bergema di ruangan kerjanya bu Ning, pada hari Senin, 18 Juni 2007, jam 12 siang, waktu istirahat. Kami semua sedang menyanyikannya buat Ibu Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi, Ibu Sumarwati Meinara. Hari itu kami semua, pegawai di lingkungan Rowai, memberikan surprised buat Ibu yang tanggal 16 Juni 2007 merayakan ulang tahunnya yang ke-60, karena selain bulan Juni ini Ibu merayakan hari ulang tahunnya, Ibu juga akan segera pensiun pada akhir bulan Juni ini. Inilah kenang-kenangan terakhir yang kami berikan buat Ibu.

Ibu tidak menyangka bahwa kami akan menyiapkan kue ulang tahun yang diatasnya dihiasi dengan lilin berangka 60 untuk Ibu tiup, dan karenanya sepanjang acara, Ibu banyak meneteskan air mata. Tidak banyak dan tidak lama yang kami lakukan pada acara tersebut. Cukup sekedar sedikit kata-kata pengantar dari Pak Dharmawan, do’a penyejuk dari Pak Haji Mas’ud dan lingkaran salaman sambil mengucapkan selamat kepada Ibu. Namun makna acara tersebut sangat dalam dan berkesan. Acara diakhiri dengan makan hoka-hoka bento bersama...horeee...

Ibu Biro, selamat ulang tahun ya, semoga selalu sehat, sukses dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Walau nanti Ibu pensiun, semoga Ibu bisa tetap selalu berkarya dan mengisi hari-hari Ibu dengan hal-hal yang membahagiakan, baik buat Ibu maupun orang lain. Do’a kami selalu menyertai Ibu dan berharap semoga Ibu tidak akan melupakan kami yang masih berada di Rowai sini.

(* sayang.... te aya photo pas acarana... berhubung sang tukang photo.... bapak Isnaldi lagi sibuk ngurusin serba-serbi pengangkatan pejabat...hi..hi... maklum... Isnaldi kan calon pengganti Ibu.... bercanda.com *)

Tuesday, May 29, 2007

Beasiswa

Outttt.... ampun deh ahh.... badan saya sakit nih dipeluk erat-erat sama Lesika... (dduuhh... berasa kayak orang pacaran ajah ... he..he... ) sambil Lesika menjerit-jerit histeris ... ”yeeeesss.... kita lulusss.... kita lulussss......!!” Duillee Les... histeris pisan, emangnya lulus apaan sih? Perasaan udah lulus jadi Pegawai Negeri deh... besides... kita kan bukan sedang menunggu hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) yang kontroversi itu kan??

Ya deehh.... ngakuu... ngak hanya Lesika aja yang seneng kok, saya juga seneng... Isnaldi juga senengnya luuaaarrrr biazzzaaa .... ternyata and ternyata... kita bisa juga masuk UI (dduuhh... biasa aja deh!). Kita nih bukan ikut SPMB lagi loh... soalnya kan umur kita udah emak-emak and bapak-bapak...he..he.. tapi kita sedang ikutan beasiswa. Woooww... beasiswa? Gratis dong!! Ya iya laahh.... gratis nih, dibayarin sama kantor tercinta, Depkominfo, padahal status kita pada saat itu masih CPNS loh.... tapi udah dapat jatah beasiswa (hi.. hi... sambong.dikit.com). Ya itulah salah satu kebaikan or kelebihan hasil pimpinan mantan menteri Depkominfo, yaitu Bapak Sofyan Djalil, untuk melakukan kaderisasi besar-besaran di lingkungan Depkominfo, dengan membuat pegawainya menjadi doyan sekolah lagi and also bisa tambah pinter-pinter !! Sayang, Pak Sofyan Djalil tidak bisa melihat lagi kelanjutan gebrakan ide beasiswanya karena beliau harus mutasi menjadi menteri BUMN. Pak Sofyan digantikan oleh Pak M. Nuh, mantan rektor ITS, expert di bidang IT. Semoga Pak Nuh bisa melakukan tugasnya di Depkominfo sama baiknya atau bahkan jauh lebih baik lagi dari Pak Sofyan Djalil. Amin.

Oke, balik lagi ke laptop beasiswa!! Jadi beasiswa ini dimulai sekitar awal Maret 2007, di mana pegawai yang memenuhi syarat tertentu bisa memasukan aplikasi untuk ikut beasiswa, sekalian mencantumkan program beasiswa apa yang akan diikuti (S1, S2 atau S3) dan pilihan jurusannya. Setelah diseleksi oleh bagian yang menyelenggarakan beasiswa dan dinyatakan lulus seleksi, maka masing-masing pegawai bisa langsung mencari tahu mengenai universitas dan jurusan yang dipilihnya, seperti kapan pendaftaran, kapan ujian saringan, dan lain sebagainya. Jika memang harus melalui ujian saringan, maka ujian harus dilalui terlebih dahulu dan jika dinyatakan lulus oleh universitas yang bersangkutan, maka baru melapor ke bagian penyelenggara beasiswa untuk proses kelangsungan beasiswa selanjutnya (proses cair mencairkan dana gitu ganti).

Nah... berkaitan dengan beasiswa inilah, saya, Lesika dan Isnaldi seperti kembar siam tiga, aneh bin ajaib karena mengalami kejadian yang sama dalam menempuh beasiswa. Lho kok cuma bertiga sih, emangnya Ocha kemana? Kali ini Ocha tidak mengalami peristiwa yang sama dengan kita karena Ocha tidak mengambil program beasiswa disebabkan dia punya alasan dan pemikiran sendiri. Sayang memang, dan banyak yang menyayangkan, tapi keputusan ada di tangan Ocha sendiri dan Ocha pasti lebih tahu lah apa yang terbaik buat dirinya. Well, saya, Lesika dan Isnaldi, background nya sama, sama-sama lulusan dari jurusan kuliah S1 yang berbau-bau komputer. Saya dari Ilmu Komputer, Lesika dari Sistem Informasi dan Isnaldi dari Teknik Informatika, so kami pun mengambil jurusan S2 nya yang ngak akan melenceng dari basic jurusan S1 kami. Sebenarnya ada juga jurusan di luar IT yang menarik perhatian kami, namun demi masa depan.... ceillee... maksudnya berhubungan dengan angka kredit di PNS apabila kami mengambil jabatan fungsional suatu saat nanti, maka mau tidak mau jurusan S2 yang kami ambil basicnya harus sama dengan jurusan S1 kami, agar penilaian angka kredit lebih mudah dan lebih besar nilainya. Karenanya kami akhirnya memilih jurusan Teknologi Informasi UI. Kenapa UI semua? Because kami agak berat jika mengambil kuliah di luar Jakarta karena capekk..., also karena kami juga diharapkan oleh pejabat di unit kerja kami agar kami masih bisa lah mampir ke kantor, bahkan kalau ada waktu bisa juga kerja, walaupun kami kuliah nanti. Terus, kenapa jurusannya semuanya sama ya? Begini, di UI, di Fakultas Ilmu Komputernya, jurusan Pasca Sarjananya ada 2, yaitu Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Kami semua akhirnya memang memilih jurusan Teknologi Informasi, tentu dengan alasannya masing-masing. Untuk Isnaldi, alasan dia memilih Teknologi Informasi karena dia malas memilih Ilmu Komputer UI yang kelihatannya lebih banyak teori dan berhitungnya (dduuhh... Is, dimana-mana juga ada hitungan deh!) disamping itu karena dia lebih suka hal-hal yang lebih berbau-bau hardware. Kalau alasan saya apa ya? Hmm... sebenarnya saya lebih prefer ke Ilmu Komputer, seneng aja gitu sama pelajarannya yang kelihatannya menarik banget, cuma yaa... saya sadar dirilah! Saya sadar kapasitas memori otak saya yang sudah ngak gitu bagus seperti masa muda S1 dulu ... ceillee ... sehingga saya berpaling dari Ilmu Komputer yang memang pelajarannya kelihatan lebih berat dari Teknologi Informasi. Bukan pesimis sih, cuma nyari yang praktis dan bisa dikuasai aja (masalahnya ini beasiswa euuii... mesti wajib kudu selesai dalam 4 semester, titik! Kalo lebih dari 4 semester bayar sendiri.... waaahhh... ngak sanggup deh ah!) besides, Ilmu Komputer UI adanya di Depok, jauh dari rumah saya... he...he.. (cari yang nyamanan dikit dong!), sedangkan Teknologi Informasi kan di Salemba, deket banget sama rumah saya, tinggal naik bajaj bentar, nyampe deehh.... Dan yang utamanya, karena pelajaran-pelajaran di jurusan Teknologi Informasi sesuai atau sudah saya jalani dalam kehidupan kerja saya sehari-hari, dari mulai saya pertama kali kerja selepas lulus kuliah S1 dulu, sampai saya menjadi PNS sekarang, so Insya Allah mungkin ngak akan begitu sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan pelajarannya sekaligus pelajarannya yang lebih banyak langsung pada terapan bisa lebih mempermudah, memperlancar bahkan memperkaya pekerjaan saya. Kalau Lesika alasannya apa ya?? Awalnya dia tidak ingin ikut beasiswa dengan pertimbangan karena anaknya masih kecil, tapi karena bujukan dan rayuan dari Kabag Mutasi, Pak Sofyan Tanjung, agar Lesika mau mengambil beasiswa, akhirnya Lesika luluh juga deeh... so dia mau juga deh ikutan beasiswa. Masalah alasan jurusan yang dia pilih kayaknya yaa... ikut aja deh sama jurusan yang saya pilih... he...he.... engga deng, mungkin alasannya ngak beda jauh lah dari alasan saya mengapa memilih Teknologi Informasi. So, akhirnya, kita bertigaan nih milih universitas dan jurusan yang sama deh.

Kami memilih pendaftaran di UI pada Gelombang I yang sudah dibuka pada pertengahan Maret 2007. Saya dan Lesika daftarnya barengan, so nomor ujian kami tetanggaan, sedangkan Isnaldi daftar sendiri, namun lucunya nomor ujiannya Isnaldi merupakan kombinasi dari nomor ujian saya dan Lesika. Waktu mengembalikan berkas pendaftaran, saya, Lesika dan Isnaldi barengan ke UI Salemba, karenanya kami dapat nomor bangku ujian berurutan. Ujian dilakukan dalam 2 hari. Hari pertama adalah ujian TPA dan Bahasa Inggris, sedangkan hari kedua adalah ujian dengan bahan ujian sesuai dengan pelajaran yang akan kami pelajari nanti, gunanya untuk mengetahui apakah kami akan mengikuti kelas persiapan (matrikulasi) atau tidak, sebelum kami mengikuti kuliah sebenarnya. Ujiannya sendiri dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu, 24-25 Maret 2007, bertempat di Balairung UI Depok. Lucunya nih, karena kami dapat nomor ujian yang berurutan, kami berada dalam blok ruangan ujian yang sama, dan bangku ujian kami berdampingan satu baris, dan berada pada baris paling akhir dari ruangan Balairung lantai bawah. Banyak suka duka bersama yang kami lalui dalam mengikuti ujian tersebut, termasuk sakit badan, terutama leher dan punggung, akibat selalu menunduk waktu mengikuti ujian (karena ngak ada meja jadinya cuma bangku doang) yang pada hari pertama berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 14.30 dan hari kedua dari jam 9 pagi sampai jam 12.30. Dan yang paling lucu and rada nyakitin also memalukan juga sih nih... jreng...jreng... waktu hasil pengumuman lulus atau tidaknya kami masuk UI pada tanggal 21 April 2007, kami ternyata sama-sama tidak lulus test Bahasa Inggris...ha..haa... Bahasa Inggrisnya pada jeblok-jeblok sih... (maluuuu.... eeuuuiii...) karenanya kami mesti ikutan ujian ulang Bahasa Inggris deh. Ujian ulangan itu dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 12 Mei 2007. Kali ini bertempat di Fakultas Keperawatan UI Depok. Soal-soal ujiannya ternyata masih sama susahnya seperti soal-soal pada ujian sebelumnya, jadinya pada pasrah semua deh, pada senewen pisan... bisa lulus ngak ya??? duhhh... mau sekolah... udah gitu bayar and beasiswa pula.... kok... susah banget ya??? Hmmm... yaa... ambil hikmahnya aja deh, emang kayaknya mesti private and buka buku Bahasa Inggris lagi deehhh... gimana mau sekolah ke luar negeri ya kalau mau sekolah di dalam negeri aja, test Bahasa Inggrisnya, pada tewas dengan sukses semua...he...he...

Namun, akhirnya jeritan Lesika tadi, menghapus semua kesenewenan dan uring-uringan kami, karena kami akhirnya, Alhamdulillah, lulus test Bahasa Inggris juga. Hasil pengumuman itu kami lihat di web nya UI, tanggal 25 Mei 2007. Sebenarnya kami sudah deg-deg an dari pagi, menanti pengumuman lulus-lulusan test Bahasa Inggris tersebut, namun ternyata dari pagi pengumuman tersebut belum ada di web nya UI. Sampai waktu istirahat kantor pun pengumuman itu belum ada juga. Akhirnya, untuk melepas stres dan menyenangkan hati, waktu istirahat, saya dan Lesika jalan-jalan ke Tanah Abang deh. Idih..... ngilangin stres kok malah belanja ya? Yang ada sih bukannya hilang stres tapi hilang or buang-buang uang...he...he... tapi ngak papa deh, yang penting bisa menenangkan hati dan otak sesaat. Setelah sampai lagi di kantor sehabis dari Tanah Abang, kami akhirnya lihat internet lagi untuk mengetahui apakah pengumumannya sudah ada atau tidak dan ternyata.... sudah ada!! Saya dan Lesika pun akhirnya, dengan jantung yang berdebar keras, mencari nama kami plus nama Isnaldi dari sederetan nama yang dinyatakan lulus test ulang Bahasa Inggris... and finally... hoooreeeee.... nama kami ada. Mendadak saya bengong, rada ngak nyangka aja gitu, soalnya kan saingannya banyak juga. Sementara Lesika melonjak-lonjak gembira seperti anak kecil dan langsung memeluk badan saya kuat-kuat...huaaa... sampai saya sesak nafas nih.... tapi ngak papa deh... soalnya... wuuaahhh.... we were happy... horee.... yeess...yesss.... kita lulussss.......!! Sewaktu saya dan Lesika sedang bersorak kegirangan, Isnaldi pun masuk ke dalam ruangan dan mendapatkan kabar gembira tersebut. Of course dong dia juga happy.... senyumnya mekar banget tuhhh ... and then... yang dia lakukan adalah... hayooo... cepet-cepet print itu pengumuman .... yeeesss...... after that...hi...hi.... kasih pengumuman itu ke bu Dewi, yang ngurusin beasiswa, so... kami bisa segera mendapatkan uang reimburse an, ngegantiin biaya pendaftaran dan ujian yang sudah keluar dari kocek kami sendiri sebelumnya..... Hi..hi.... dasar otak bisnis!! Huaaa...... leganyaa..... akhirnya bisa sekolah juga deh!! Well, UI..... stay there (emangnya UI mau kemana ye?? %#%^&^&) and wait for us!!!! We will come!!

Monday, May 21, 2007

100% PNS


Pak Murti membagikan kertas itu satu per satu kepada kami yang berada di dalam ruangan server. Saya, Lesika, Isnaldi dan Ocha menerimanya dengan senang hati, sambil tidak henti-hentinya mengeluarkan omongan yang berhubungan dengan kertas tersebut. Berhargakah kertas itu? Waahh... pastinya dong!

Kertas-kertas yang dibagikan oleh Pak Murti beberapa hari yang lalu itu merupakan ketetapan status kami di Pegawai Negeri karena kertas tersebut menandakan bahwa mulai saat itu atau kalau menurut yang tertulis dalam kertas tersebut yaitu terhitung mulai tanggal 1 Mei 2007, status kami benar-benar sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), bukan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) lagi. Kertas tersebut merupakan Surat Keputusan (SK) pengangkatan kami menjadi PNS.

Menjadi PNS yang benar-benar PNS apa rasanya ya? Pastinya sih lega ... senang juga... tapi kalau ditelaah lebih lanjut, kok biasa aja ya? Biasanya mungkin karena pemberian SK itu langsung begitu saja, oleh Pak Murti yang ruang kerjanya satu ruangan dengan kami. Dulu, waktu pemberian SK CPNS, kami khusus dikumpulkan di ruangan Pak Harno, di bagian Perencanaan, dan SK dibagikan satu per satu oleh Pak Harno kepada kami, setelah itu Pak Harno memberikan wejangan, masukan bahkan cerita kepada kami mengenai Pegawai Negeri dan gimana or bagaimana Pegawai Negeri itu, jadi ada semacam pertemuan kecil-kecilan gitu. Kalau kali ini sih tidak ada yang begituan lagi, karena Pak Murti langsung memberikan SK nya kepada kami, pemberiannya pun dalam keadaan yang santai banget, engga ada resmi-resmian deh. Yaa... memang kali ini yang memberikan SK adalah Pak Murti, bukan Pak Harno lagi karena memang Pak Murti lah yang mengurusi soal pengangkatan pegawai di wilayah Sekretariat Jenderal (Sekjen). Karena Biro Kepegawaian dan Organisasi merupakan unit kerja di bawah Sekjen, maka otomatis pengangkatan kami pun diurus oleh Pak Murti. Karena Pak Murti adalah bapak yang rajin dan baiknya minta ampun, maka pengangkatan kami atau maksudnya SK kami pun cepat kami terima dan urusan penggajian kami dengan kas negara pun diurus dengan serius oleh Pak Murti sendiri. Makasih banyak ya, Pak ... karena kami banyak dibantu dan tidak direpotkan, padahal masih banyak pegawai di unit kerja lain yang mungkin mengalami kerepotan karena mengurusi hal-hal tersebut sendirian.

Menjadi PNS setelah setahun menjadi CPNS memang tidak ada bedanya, sama saja, karena rutinitas kerjanya sama saja. Pekerjaannya sama, kehidupan kerjanya pun sama, yang berubah mungkin masa kerja kami yang sudah setahun lebih, berarti masih ada 3 tahunan lagi untuk naik pangkat (duillee... cepet-cepet banget pingin naik pangkat) dan yang utama nih, gaji kami sudah 100% penuh... full deh! Kemarin kan waktu statusnya CPNS, menurut peraturan pemerintah, gaji pokok yang kami terima cuma 80% nya dan sudah menjadi aturan pemerintah pula bahwa jangka waktu dari CPNS menjadi PNS adalah minimal 1 tahun, setelah itu dapat diangkat menjadi PNS, tapi tentunya dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah sudah mengikuti Prajabatan, adanya surat kesehatan hasil test kesehatan dari rumah sakit pemerintah yang menyatakan bahwa seorang pegawai sehat dan layak diangkat menjadi PNS; dan surat penilaian kinerja (DP3) dari unit kerja masing-masing. Prajabatan sendiri sudah kami ikuti pada tanggal 27 Agustus 2006 sampai dengan 9 September 2006 yang lalu. Sedangkan test kesehatan dilakukan sesuai dengan keinginan masing-masing mau melakukan test kesehatan dimana, asalkan merupakan rumah sakit pemerintah. Lesika, Isnaldi dan Ocha melakukan test kesehatan di RS Tarakan, sedangkan saya di RS Cipto Mangunkusumo... ya... seneng-senengnya aja or nyaman-nyamannya aja mau test kesehatan di mana. Umumnya test kesehatan tuh meliputi pemeriksaan darah dan urin lengkap, ditambah dengan pemeriksaan atau rontgen paru-paru. Rekomendasi dari rumah sakit, berdasarkan hasil test kesehatan tersebut lah, yang memberikan masukan apakah kami sehat or layak atau tidak untuk diangkat menjadi PNS. Umumnya jika tidak ditemukan hal-hal yang serius sekali dari hasil pemeriksaan kesehatan maka rekomendasi layak menjadi PNS merupakan hal yang umum dilaporkan. Kalau DP3 itu sih terserah dari kepala bagian unit kerja yang bersangkutan yang menilai. Umumnya kalau kita menjadi seorang pegawai yang baik maka DP3 nya pun nilainya juga baik.

PNS selalu dihubungkan dengan kaya raya mendadak or menjadi koruptor. Entahlah stigma itu benar atau tidak, tapi sesuai dengan pandangan mata kami, menjadi PNS yang benar umumnya adalah gali lubang tutup lubang...he..he.. atau umumnya ngutang dulu, terus gajian buat bayar hutang dan nantinya pas uang sudah menyusut ... yyyaaa... ngutang lagi deh!! Begitu kali yeee... tapi mungkin ini hanya sebagian saja, ada pula yang gajinya cukup buat kehidupan rumah tangganya, bahkan mungkin memang benar ada sebagian yang kaya raya, entah dari mana kekayaannya, tidak mau ah su’udzon atau pun ghibah. Tapi memang benar, jika menjadi PNS yang benar, maka terasa sekali bahwa gaji seorang PNS sangatlah kecil, sedangkan kebutuhan hidup makin lama makin banyak dan keadaan perekonomian negara pun makin sulit, sementara itu kita sebagai PNS dituntut untuk menjadi PNS yang kinerjanya bener-bener great, berhubung kita adalah abdi negara, rasanya ngak adil aja gitu, PNS dituntut untuk berjuang buat negara (ceillee...) sementara gajinya kecil, sedangkan sektor swasta...hmmm.... kayaknya cuma buat nyari profit sebesar-besarnya aja dehhh... he...he... tapi ini cuma pandangan kami loohh.... pandangan kami ini ditujukan untuk sebagian PNS yang memang bener-bener murni berjuang buat keluarga dan negaranya, sedangkan PNS lainnya dengan seribu satu alasan kerja or seribu satu malam kinerjanya and how they collect money.... yaa... wallahu alam deh! Bingung ya? Saya juga bingung nih...hii..hiii... maklum bukan orang yang pinter dalam bidang komunikasi sih jadinya ngomongnya ngaco! Tapi ya itulaahh... stigma bahwa PNS pasti koruptor itu sudah menjadi pandangan umum, susah banget dihilangkan, padahal korupsi tidak hanya terjadi di pemerintahan, tapi juga dapat terjadi di perusahaan swasta, sayangnya di swasta memang tidak terlalu di blow up, berhubung memang sih karena di swasta punya urusan dalam negeri sendiri dan memang bukan uang rakyat, di samping memang karena rumus bahwa Pemerintah = PNS = Koruptor sudah dihapal diluar kepala setiap orang, dari mulai anak kecil sampai orang dewasa or orang tua, melebihi rumus Einstein, Phytagoras, bahkan pertambahan or perkalian aritmatika (hi...hi... ngak-nyambung.com). Sebel memang sama stigma itu. Yaa.. contohnya seperti pengalaman kami waktu diterima menjadi Pegawai Negeri, pasti orang yang tahu kami menjadi PNS langsung mengucapkan selamat, karena memang menjadi Pegawai Negeri tuh susah banget, harus melalui berbagai test saringan masuk dan melawan beribu-ribu bahkan berjuta-juta rakyat Indonesia, disamping juga karena menjadi PNS ada kelebihannya yaitu adanya pensiun di hari tua dan tidak adanya PHK, namun selain ucapan selamat pasti ujung-ujungnya ada ucapan yang garis besarnya begini ... ”bayar berapa biar bisa masuk kesana??” *guabraaakkk*.... rada nyelekit sih, padahal kami nih, di Depkominfo, penerimaan PNS tahun 2006 kemarin, murni masuk lewat test, saringan dan penyeleksian, sama sekali engga ada uang-uang an deh.... jadi asli lewat perekrutan yang benar gitu... kalau bagi kami yang bisa masuk menjadi PNS yang murni tanpa uang-uang an yaa... untung banget or untung-untung an deehh... karena ya engga tahu deh kalau di tempat lain or departemen lain gimana perekrutannya... apa ada yang main uang atau tidak... ya... wallahu alam... sekali lagi engga mau su’udzon atau pun ghibah... tapi ya balik lagi, engga bisa juga sih menyalahkan masyarakat yang ngomong begitu, karena ya itu tuh.... rumus di atas sudah dihapal banget sama masyarakat... disamping selain dihapal ternyata rumus itu memang bukan sembarang rumus karena rumus itu mungkin sudah ada pembuktian dan contoh-contoh konkretnya gitu!

Sebenarnya, selain masalah uang dan stigma koruptor, menjadi PNS juga perlu perjuangan yang lebih keras, berhubungan dengan fasilitas kerja dan kebiasaan kerja, jadi mungkin kerja kerasnya mesti berlipat-lipat. Nah lho kok bisa, kan Pemerintahan mah banyak uangnya, jadi fasilitas kerja bisa menunjang dong? Wah, emang kali ya banyak uang, cuma kan mesti lewat birokrasi or garis besarnya ada aturan dan cara mainnya sendiri, engga bisa seenaknya aja, engga bisa semaunya kita. Jadi yaa... pertama-tama, terima aja dulu deh situasi kerja dan budaya kerjanya gimana and then dibuat happy, karenanya rumus pertama jadi PNS tuh harus sabar, jangan cengeng, karena kalau cengeng... wadduuhh... bakalan engga betah deh jadi PNS karena jadi PNS tuh ternyata banyak ujiannya, tidak seenak seperti bayangan kebanyakan orang lho! Trus, jika memang budaya kerjanya tidak menunjang dan belum ada prasarana penunjang buat kerja, ya udah buat diri sendiri gimana punya tekat untuk bergiat bekerja dan berguna buat diri sendiri atau orang lain, atau minimalnya pemikirannya gini, buat diri sendiri berkreasi dengan tujuan biar diri sendiri bisa tambah pinter, who cares about lainnya or hal lainnya deh, yang penting nih otak engga karatan dan engga tumpul. Nah, itu tuh rumus kedua setelah sabar. Kadang kita sering mensyaratkan bahwa kita akan berubah jika lingkungan kita sudah berubah terlebih dahulu, padahal kalau pemikiran itu tetap ada di otak kita, kita akan mati kaku karena kita tidak mau mencoba melangkah... ceillee... sok bijak nih... so... mangkanya.... gimana pun... harus tetep dimulai dari diri sendiri, minimal seperti yang dijelasin di atas, membuat diri sendiri giat bekerja tanpa menunggu yang lain bekerja dahulu. Tapi kalau dipikir-pikir memang susah sih, mau bekerja giat dan dimulai dari diri sendiri tapi kalau engga ada fasilitas yang menunjang, misalnya tidak ada komputer buat memperlancar kerja, gimana dong? Bete juga kan.... Masak kerjaannya cuma ngekonsep or baca buku pelajaran aja, berasa kuliah deh! Kami sebenarnya sempat mengalami fase tersebut tapi garis besarnya kami bisa melaluinya karena kami menerima apa pun kerjaan yang disodorkan kepada kami, rumusnya cuma satu yaitu kami digaji so kami harus bekerja biar engga makan gaji buta dan anggaplah segala hal yang mesti dikerjakan merupakan hal-hal pembelajaran dan menambah ilmu buat kami, engga boleh ada kata sombong bahwa suatu pekerjaan bukan level kami atau tidak sesuai dengan ijazah kami. Nah, yang ini rumus ketiga. Pokoknya kerja yang baek aja deh, kalau kerjanya bagus Insya Allah bakalan dianggap dan diperhitungkan kok oleh para pejabat di lingkungan kerja masing-masing, bahkan kehadiran CPNS baru dapat dianggap memberikan suasana baru dan banyak membantu pekerjaan para senior lainnya, dengan catatan nih para CPNS baru tidak boleh sombong terhadap senior, apa pun titelnya, mau S1, S2, S3, S Teler, S Krim or S lainnya .... mesti harus tetap kudu bersikap sopan dan ramah terhadap orang yang lebih tua dari kita atau yang sudah bekerja lebih dahulu dari kita, gimana pun mereka, karena percaya deh, kalau kita baik sama orang maka orang akan baik juga kok sama kita. Jadi intinya sih kerja sama yang baik gitu, simbiosis mutualisma, saling menguntungkan kedua belah pihak. Kalau kedua belah pihak saling untung dan senang kan jadinya situasi kerja menjadi menyenangkan, kalau situasi kerjanya enak, maka Insya Allah kerjaan bawaannya enak aja dan bisa bikin betah. Kalau sudah betah dan nyaman, Insya Allah akan bahagia-bahagia aja deh kerjanya. Tapi walau sudah nyaman dan betah, tetap harus berusaha untuk melakukan perubahan jika situasi kerjanya masih dianggap jauh dari pemikiran layaknya situasi kerja seperti yang ada di dalam bayangan otak kita; dan juga jika sistem serta prosedur suatu kerjaan jauh dari kata baik atau bagus. Ide-ide kreatif bisa disampaikan kepada para pejabat terdekat (Kasubag / Kabag) dan mudah-mudahan bisa diperjuangkan untuk diwujudkan, jadi sabar-sabar aja (back to rumus 1), bisa saja direalisasikan sekarang atau bahkan tahun depannya atau bahkan tahun-tahun berikutnya .... he...he... sesuai dengan rencana kerja dan dana tahunan siihh.... tapi kalau diusahakan dengan keukeuh tanpa menyerah dan kerjasama dengan para Kabag dan Kasubag berjalan dengan baik, dalam arti para pejabat juga mau mendengarkan masukan para pegawainya, Insya Allah sih apa yang diinginkan, demi kebaikan bersama, bisa dapat direalisasikan. Jika semua sudah diusahakan demi kebaikan diri sendiri dan of course buat orang lain, rumus terakhir yaaa... pasraahh dan tawakal aja...he...he... kan dunia ini panggung sandiwara, tidak semua keinginan bisa tercapai, so banyak-banyak berdo’a aja deehh..... di samping itu kan hidup ini adalah ujian dan selama kita hidup selama itulah Allah menguji kita sehingga bisa tampak jelas mana yang bersyukur mana yang tidak... ceiillee... kayak ustadzah aja neehhh.... dan yang ngak kalah penting lagi nih yaitu ikhlas, menjadi ikhlas tuh sebenarnya susah banget, tapi ya mau gimana lagi.... harus tetap diusahakan... karenanya balik lagi seperti dijelaskan di atas, banyak-banyak berdo’a, mudah-mudahan menjadi PNS itu adalah berkah buat kita, bukan ujian berat buat kita.... (seperti yang dibilang di atas, jadi PNS itu banyak ujiannya lho, jadi mesti sabar dan kuat iman nih). Kalau sudah pasrah dan ikhlas... yaaa... ikuti saja.... life must go on and titik deehhh ....hii...hiii... penjelasan mengenai PNS yang jelek banget ya? Well, engga tahu deh jadi PNS tuh gimana dan mesti gimana, masing-masing orang pasti punya konsep dan pemikirannya sendiri-sendiri. So... jadii.... menjadi PNS.... gimana dong? Duuhhh.... ngak tahu yaa.... mungkin tujuh lima dua lima... cepek .... eehh... capeekkk deehhhh.......!!!

Tuesday, February 6, 2007

Selamat Jalan Pak Mega ....


Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un

Telah berpulang ke Rahmatullah
Pada hari Kamis, 1 Februari 2007, Pukul 17.00 WIB,

Bapak SUMEGA BAKTI

Almarhum adalah pelaksana pada Bagian Pengembangan Kepegawaian
Biro Kepegawaian dan Organisasi Depkominfo

Semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan kekuatan dan ketabahan oleh Allah SWT
Amin ya Rabbal Alamin

Pak Mega, selamat jalan ...
Kami tidak menyangka bahwa Bapak pergi begitu cepat
Begitu banyak kenangan kami bersama Bapak
Jadi ingat ketika kenangan terakhir kita semua bersama Bapak
pada saat pelatihan SIPPEG di Yogyakarta bulan Desember 2006 kemarin
Belajar, canda, tawa, Marlboro, Bringhardjo, Borobudur, AirPort, dan semua keakraban kita bersama, masih begitu terasa dan berkesan
Namun, ternyata itu kenangan terakhir kami bersama Bapak
Dan itu adalah kenangan terindah yang Bapak berikan buat kami
Selamat istirahat, Pak!
Semoga Allah SWT menerima Bapak dan menempatkan Bapak di dalam syurga-Nya


Kabulkanlah do'a kami ini ya Allah....
Amin ya Rabbal Alamin

Wednesday, January 17, 2007

Flash Back ... Lesika's Baby


“Les, nanti anaknya mirip Isnaldi lohh…”, gurau saya dan Ocha setiap kali melihat Lesika berantem dan cerewet-cerewetan sama Isnaldi. Isnaldi, yang wajahnya diharapkan mirip sama anaknya Lesika kelak, tertawa-tawa senang merasa menang… sedangkan Lesika, dengan wajah yang pias, berteriak-teriak jengkel, “jangan sampai deehhh….”, harapnya sambil mengusap-usap perutnya yang semakin membesar.

Kisah di atas hampir menjadi makanan sehari-hari di Rowai ketika Lesika hamil. Pada saat hamil, Lesika menjadi seorang perempuan yang “berantakan” (saking ngak memperhatikan penampilan… mungkin karena anaknya kelak cowok yaa…) dan bawelnya ammpunnn…. deehhh… terutama kalau sama Isnaldi, kayak musuh bebuyutan, ngak pernah akur, palingan akurnya kalau lagi main game monopoli aja!!

Tapi sekarang gurauan itu sudah engga ada lagi (walaupun sekarang Lesika masih tetep aja bawel sama Isnaldi….he..he..) karena Lesika sudah melahirkan anaknya pada tanggal 15 November 2006. Lesika melahirkan di RS Pertamina Jaya. Anaknya laki-laki, dengan berat 3,1 kg dan panjang badan 46 cm. Bayi mungil itu kemudian diberi nama ADNAN ANUGRAH ADMAJA.

Pada saat Lesika melahirkan dan kemudian mendapat cuti melahirkan selama 1 bulan (maklum… masih Capeg ssiihhh….), kami di sini mengalami kesibukan yang luar biasa, mulai dari urusan SIPPEG, testing program, training ke Yogya, ngurusin tupoksi unit kerja sampai dengan verifikasi data pegawai yang buaannyaakkk…. banget. Wuiihhh… bener-bener ngak ada waktu luang, sampai-sampai untuk nengokin Lesika pun kami hampir aja tidak sempat, walaupun saya sempat beberapa kali sms an dengan Lesika ketika dia baru-baru saja melahirkan. Tetapi, akhirnya kesempatan untuk nengokin pun datang juga. Walaupun agak terlambat, kami akhirnya bisa nengokin Lesika dan anaknya di rumahnya pada tanggal 14 Desember 2006.

Rumah Lesika yang jauh, di Bekasi Timur sana, awalnya sempat membuat bingung kami bagaimana kami bisa sampai kesana, maksudnya sih dengan kendaraan apa kami kesana. Naik bis umum? Hmmm… semuanya pada ngak mau …he…he… Naik jemputan yang ke arah Bekasi Timur? Wahhh… itu juga lewat deh. Kalau naik jemputan, pasti pulangnya siang, dduuhhh… ngak enak pulang siang-siang …(hee…hee… sok rajin!!). Tapi akhirnya permasalahan itu pun teratasi ketika Pak Sofyan Tandjung, Kabag Mutasi Kepegawaian, mau meminjamkan mobilnya kepada kami (makasih banyak ya, Pak!).

Berangkatlah kami pada hari Kamis itu dengan menggunakan mobil Pak Sofyan yang dikemudikan oleh supirnya. Kami yang berangkat tuh ada 7 orang, yaitu Bu Pin, Bu Erna, Bu Mur, Bu Yani, Bu Ita, Ocha dan saya (hhmmm… Isnaldi ngak ikut… maklummm… calon eselon I jadi super sibuuukkk….he…he… ). Kami berangkat pada pagi hari, sekitar jam 10, dari kantor, dan direncanakan bahwa kami akan kembali lagi ke kantor.

Perjalanan yang agak jauh itu awalnya sempat membuat saya dan Ocha ngantuk, namun akhirnya kantuk kami berangsur-angsur hilang ketika Bu Ita dan Bu Mur dengan hebohnya cerita soal kematian Alda (hhii…..) yang kemudian diikuti pula dengan gossip-gossip lainnya, seperti kasus AA Gym maupun kasus YZ (** sensor ah! **). Praktis sepanjang perjalanan itu full gossip deh… maklum cewek-cewek… kalau udah ngumpul… pasti ngak akan jauh-jauh dari ngerumpi (duuhh… jadi malu nih!).

Obrolan kami mulai berhenti dan digantikan dengan kepala yang celingak-celinguk mencari kompleks “Duren Jaya” ketika kami sudah memasuki Bekasi Timur. Sempat nyasar kemana-mana, tapi akhirnya setelah tukang becak nunjukin arah, kami berhasil menemukan jalan menuju kompleks tersebut. Namun, ternyata jalan masuk kedalam kompleks juga masih jauh dan jalannya sedikit tidak rata karena masih ada beberapa yang berlubang dan tergenang oleh air hujan.

Setelah beberapa lama melewati jalan yang masih belum mulus, akhirnya kami memasuki komples perumahannya Lesika. Di kompleks tersebut, rumah-rumah mirip satu sama lain. Halamannya kebanyakan ditanami bunga-bungaan (Bu Pin dan Bu Ita heboh banget setiap melihat bunga yang menurut mereka indah banget). Nama jalanan umumnya diberi nama candi. Kompleks tersebut cukup luas dan cukup pula membingungkan kami untuk mencari di mana sebenarnya letak rumah Lesika (he..he.... sory ya Les…). Tetapi akhirnya, setelah beberapa kali kami salah milih jalan dan muter-muter, kami sampai juga deh di rumah Lesika (hore, sampai!!).

Bayi Lesika lucu, ngak ada mirip-miripnya sama Isnaldi tuh (waahh… Isnaldi kecewa deh! Tapi tenang Is, wajah bayi kan berubah-ubah, siapa tahu nanti kalau udah rada gedean baru kelihatan deh miripnya sama dikau… maaapp ya, Les…), tapi juga ngak mirip Lesika, mungkin mirip ayahnya ya. Kami di sana sibuk menggoda-goda si bayi. Tapi untungnya si bayi tidak menangis walaupun dikelilingi sama ibu-ibu yang cukup pecicilan. Selain itu, kami juga menghabiskan waktu untuk ngobrol dengan Lesika, maklum hampir sebulan ngak ketemu!! Ngak banyak yang berubah dari fisik Lesika. Makan ngak makan, hamil ngak hamil, ya badannya segitu aja, ngak pernah gemuk (dduuhhh… iri deh!). Cuma satu hal yang rada berubah yaitu bahwa ternyata Lesika berubah menjadi naga karena makannya gila-gilaan…he…he.. tapi dimaklumin kok, kan ibu menyusui, jadi bawaannya laper melulu!

Kami meninggalkan rumah Lesika ketika matahari letaknya sudah di atas kepala dan perut kami sudah banyak yang mulai bernyanyi. Kami memang tidak begitu lama berada di rumah Lesika, sekitar sejam lebih, dikarenakan kami masih harus kembali ke kantor, selain itu Lesika juga lagi sibuk mengurusi dan menyusui bayinya. Tapi bagaimana pun kami senang, karena keinginan kami untuk melihat bayinya Lesika akhirnya tercapai juga.

Monday, January 15, 2007

Flash Back ... Yogyakarta with our happiness....


01 Desember 2006

Dalam cuaca begini, walaupun Jakarta diguyur hujan, semangat untuk ke kantor sangat menyala-nyala (biasanya sehari-hari tetep menyala-nyala kok… tapi hari ini sauaanggaatt …. menyala…hee…hhee… somse deh aahhh….), walaupun harus membawa dua buah tentengan tas lagi. Hmm… awal Desember yang menyenangkan. Walaupun udara dingin dan matahari masih bersembunyi karena enggan menghangati bumi, tapi keceriaan ada di dalam hati saya dan pastinya ada di hati beberapa pegawai Rowai lainnya. Ciee… emangnya kenapa nih kok pada ceria??

Sebagai kelanjutan dari proyek SIPPEG adalah diadakannya Training System Informasi SIPPEG. Training ini diadakan di Yogyakarta, di markasnya perusahaan Exindo. Pegawai yang ikut training ada 10 orang dan merupakan perwakilan-perwakilan dari setiap bagian di Rowai. Dari bagian Perencanaan yang ikut adalah Agung sedangkan dari bagian Pengembangan dan Ortala yang ikut adalah Pak Mega dan Pak Udin. Nah… sisanya dari bagian Mutasi yaitu saya, Isnaldi, Ocha, Pak Tohir, Pak Agus, Bu Yani dan Bu Ita. Kenapa dari bagian Mutasi yang paling banyak karena SIPPEG itu ada di bagian Mutasi. Kami bersepuluh akan ke Yogya di bawah pimpinan Pak Hipnu. Jadi total yang akan berangkat ke Yogya tuh ada 11 orang.

Sepanjang pagi, rasa excited menghiasi raut wajah kami yang akan berangkat ke Yogya. Saya, Ocha, Bu Yani dan Bu Ita, sibuk membahas isi tas yang dibawa, seperti berapa baju yang dibawa dan pernak-pernik lainnya (maklum ibu-ibu…. seksi repot …hmmm… atau merepotkan ya?…hee..hee…). Pak Udin wajahnya serasa pinky karena baru kali ini, setelah 20 tahun bekerja, dia akan melakukan perjalanan dinas keluar kota. Udah gitu direncanakan bahwa pulangnya nanti, dari Yogya ke Jakarta, kami akan naik pesawat terbang. Wuiihh… naik pesawat terbang??? Seneng ddooonngg… terutama buat saya, Pak Udin, Bu Yani, Agung, Pak Agus, Pak Tohir, dan Pak Mega yang baru akan pertama kali naik pesawat terbang. Duhhh… jadi malu … ketawan deh sebelumnya ngak pernah mencicipi naik pesawat terbang.

Perjalanan kami menuju Yogya akan menggunakan bis dan bis nya itu ada di pool nya di daerah Pondok Gede. Karena bis akan berangkat jam 5 sore maka kami berangkat dari kantor sekitar jam setengah empat sore. Kami menggunakan 3 buah taksi. Taksi pertama berisi Pak Tohir, Pak Mega, Agung dan Bu Ita (dduhhh… Bu Ita… kasihan cewek sendirian di sana, tapi jadi paling cantik kok, Bu!). Saya, Bu Yani, Ocha dan Pak Agus ada di taksi kedua. Sedangkan yang ada di taksi ketiga tuh Isnaldi, Pak Hipnu dan Pak Udin. Alhamdulillah kami tidak telat sampai di pool. Walaupun sempat ada sedikit permasalahan mengenai keberadaan bis yang akan kami tumpangi, tapi akhirnya tepat jam 5 sore kami berangkat menuju Yogya. Bis yang kami tumpangi serasa VIP milik kami. Walaupun kami bersama dengan penumpang lainnya, namun 3 deret bangku paling depan dikhususkan buat kami. Pada lajur kiri, Pak Udin dan Pak Hipnu duduk sebangku di bangku paling depan. Pada bangku nomor dua, ada Bu Yani dan Bu Ita. Sedangkan saya dan Ocha ada di bangku nomor 3. Pada lajur kanan, ada Isnaldi dan Pak Agus di bangku paling depan. Pak Mega dan Pak Tohir di bangku nomor dua. Sedangkan Agung… dengan sangat menyesal… duduk sendirian di bangku nomor tiga. Karena serasa VIP, maka dari Jakarta sampai Yogya, tidak ada yang duduk bersama Agung. Praktis Agung hanya bertemankan setumpukan cemilan di samping tempat duduknya. Tapi asyiknya, dia bisa leluasa tidur, dengan berbagai gaya (he…hee…) di bangku itu tanpa gangguan yang berarti.

Bis yang kami tumpangi cukup lumayan walaupun tidak sesuai dengan yang kami inginkan. Ada TV dan VCD. Tapi sayangnya si supir menyetel VCD dangdutan yang entah lagi manggung di mana dan siapa penyanyinya. Tempat duduknya lumayan, walaupun so pasti bikin pegel-pegel badan he..hee... AC nya wuiihhh…. luar biasa dinginnya, walau pun sudah dikecilkan. Bu Yani sampai harus mengeluarkan sarung dan menyelimuti tubuhnya dengan sarung tersebut. Bu Ita harus menutupi kepalanya dengan mukena. Sedangkan Ocha, sukses meringkuk kedinginan dengan hidung yang mulai bersin-bersin (poor Ocha!).

Awal perjalanan, kami masih happy dan ceria. Masih heboh bercanda dan ngobrol satu sama lain walaupun beda tempat duduk. Namun, ketika sudah keluar dari tol Cikampek dan hari mulai malam, satu irama sama-sama keluar dari mulut kami yaitu laaappaarr…. Saat itu kami sering nyeletuk-nyeletuk ringan, sengaja nyindir-nyindir supir supaya mau berhenti di rumah makan, namun ternyata sang supir cuek bebek! Huuu… menyebalkan!! Untunglah saya bawa cemilan. Kacang dan biscuit coklat saya cukup laku digasak. Tapi ada juga yang anti tidak mau makan cemilan. Bu Yani jelas-jelas nolak, bukan karena beliau sedang diet, cuma karena beliau takut akan satu hal yaitu takut habis makan langsung mau ke WC (soalnya Bu Yani punya kebiasaan kalau malam-malam makan maka setelah makan langsung deh bawaannya mau ke WC aja). Isnaldi juga nolak. Bapak yang satu ini juga bukan sedang mencoba mengurangi berat badannya yang semakin menanjak, melainkan karena dia cuma kepingin makan nasi. Baginya, nasi adalah segala-galanya! Kalau belum makan nasi berarti belum makan. Kalau pun makan nasi dengan lauk yang mewah tapi nasinya serasa tidak enak dan tidak nyaman di lidahnya, maka itu juga berarti bahwa dia belum makan. Duuhh… susah deh, Is!

Akhirnya, setelah kami tidak berusaha lagi menyuruh supir berhenti di rumah makan dan sebagian dari kami ada yang sudah mulai tertidur, bis berhenti di sebuah rumah makan. Horee… makann….!! Duuh… serasa play group, senengnya minta ampun, sampai-sampai ada diantara kami yang bertepuk tangan saking leganya karena bentar lagi perutnya akan berhenti bernyanyi. Kami pun segera masuk ke dalam rumah makan tersebut. Sistem pengambilan makan di sana adalah prasmanan, sehingga kami bisa milih sendiri makanan apa yang kami inginkan. Hampir sebagian besar dari kami memilih makan soto ayam karena ingin menikmati hangatnya makanan yang akan menghangati badan. Tapi begitu di meja makan, kami sama-sama kecewa. Ternyata… soto ayamnya… ayamnya tidak nongol banyak, cuma sekilas info aja, yang banyakan malah togenya. Waduh, itu mah namanya soto toge bukannya soto ayam! Udah gitu rasanya nano-nano. Tapi ya udah dimakan aja, berusaha untuk syukur nikmat, walaupun ada di antara kami yang akhirnya makannya ngak dihabisin. Sehabis makan, yang muslim kemudian shalat. Rombongan yang paling lama shalatnya ya rombongan ibu-ibu, maklum pernak-perniknya banyak! Tahu ngak, ternyata diantara semua penumpang bis, yang paling lama dan belum segera masuk ke bis kembali, ya rombongan ibu-ibu ini. Alhasil, kami adalah orang-orang yang paling ditunggu-tunggu, karena penumpang lainnya sudah kumpul dan duduk manis dibangkunya. Duuhhh… jadi malu deehhh… karena leletubies!!

Selepas singgah di rumah makan itu, tidak banyak kisah perjalanan yang bisa saya ceritakan karena saya kebanyakan tidur…hee..he… Saya dan Ocha bener-bener kompakan untuk selalu mencoba tidur di perjalanan walaupun bangkunya engga begitu nyaman untuk dipakai tidur. Setiap terjaga, yang saya dan Ocha rasakan tuh pegel-pegel dan perasaan laapppaarr… karenanya Bu Ita nyeletuk melulu setiap kali saya dan Ocha bangun, kalau saya dan Ocha tuh kerjaannya kalau bangun tidur pasti nanya udah sampai mana, abis itu ngemil, and then tidur lagi deehhh…. bener-bener ajaib!

Ada beberapa kejadian dalam sisa perjalanan yang masih bisa saya ingat. Saat itu saya sempat terjaga dari tidur sampai terkaget-kaget ketika Isnaldi dan Bu Ita teriak-teriak karena ternyata hampir aja terjadi peristiwa yang mengerikan antara bis kami dengan kendaraan yang lain. Aduh menyeramkan! Saya dan Ocha juga sempat ke WC di pom bensin ketika bis berhenti mengisi bensin pada sekitar jam 12 malam. Dan seperti biasa, cewek-cewek urusannya lama, jadinya balik ke bisnya juga rada lama deh. Tapi yang lain seneng kok bisnya berhenti lama, soalnya bisa pada turun dan menggerakan badannya yang pegal-pegal. Yang menarik tuh Pak Tohir. Bapak ini gemar banget minum, alhasil dia sering banget minta berhenti untuk ke WC, padahal yang lainnya pada ngirit minum, termasuk saya yang ikutan puasa minum. Namun, karena saking seringnya minta berhenti, pada akhir-akhir perjalanan, Pak Tohir nahan-nahan diri untuk ngak minta berhenti lagi untuk ke WC padahal beliau udah pingin banget ke WC (beliau malu euiii… request ke WC melulu!). Alhasil, gerakan Pak Tohir jadi terbatas. Bergerak dikit bahayaa… hee..hee… ngomong dikit ngak boleh sampai ketawa yang bisa mengguncangkan badan…bahayaa… jugaaa…. dduuhhh… kasihan deh Bapak, jadi sengsara gitu! Kalau Bu Yani dan Bu Ita beda, mereka masih aja sibuk mengusir dingin dengan berbagai cara dan setahu saya, kayaknya ibu-ibu ini ngak pernah tidur sepanjang perjalanan deh. Hmmm…. yang namanya ibu-ibu, ngak di rumah, ngak di kantor, sifat ngemongnya selalu ada, termasuk di bis, ngak tidur karena ngejagain “anak-anak gadisnya”.

Situasi di bis tetap dalam keadaan yang ceria, walaupun lelah melanda kami, dengan adanya Pak Udin. Pak Udin tetap jadi penyegar situasi di bis ini dengan cerita dan leluconnya yang bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak, apalagi dia berpasangan dengan Pak Hipnu yang juga jago ngebanyol…hmmm… dahsyat! Yang menarik lainnya tuh Isnaldi dan Agung. Berhubung sebelum naik bis, Isnaldi mengisi pulsanya, maka dia dapat fasilitas free talk di malam hari. Alhasil, sepanjang perjalanan, dia kebanyakan nelpon istrinya nan jauh di Riau sana. Ampun… nelponnya lama banget (mumpung gratis) sampai Pak Tohir terheran-heran apa aja yang diomongin (ya Bapak… kalau sama yayang mah ngomongnya juga yang yayang-yayangan atuh… jadinya ngak bosan laahhh…). Sedangkan Agung yang duduk sendiri, gaya tidurnya macam-macam, karena space dia untuk duduk dan tidur luas banget. Lucunya, Agung tidur dengan barang-barang titipan dari kami, ada yang nitip tas, file, cemilan, sampai mukena, so kadang saya lihat Agung tertidur dengan gaya yang lucu sambil memeluk plastik-plastik bungkusan yang entah milik siapa.

Hari sudah mulai terang ketika bis memasuki kota Yogyakarta. Seneng eeuuiii… udah nyampe di Yogya. Karena bis serasa VIP, maka kami pun diantar sama supirnya sampai ke tempat di mana kami akan menginap, yaitu di MMTC. Sekitar jam 5 pagi, kami sampai di depan MMTC. Kami pun segera turun dengan segala pasukan barang-barang kami. Penat melanda kami. Pegel dan lapar plus ngantuk udah campur aduk. Tapi kami seneng karena akhirnya… Alhamdulillah… kami bisa juga sampai di Yogya dengan selamat. Well, Yogya…. here we are!

02 Desember 2006

Kami menyusuri sepanjang jalan perkompleksan MMTC menuju mess tempat kami akan menginap. Tubuh rasanya sudah lelah banget. Kebayang pingin buru-buru terjun ke tempat tidur dan memejamkan mata barang sejenak. Besides, lapar eeuuiii.... !! Ternyata jalan menuju mess lumayan jauh, tapi itu kami lalui dengan senang, karena sepanjang perjalanan tersebut, kami sibuk cerita dan bercanda, terutama cerita saat-saat uncomfortable di bis, disamping itu kami pun terkesan akan perkompleksan MMTC yang rapih dan bersih sekali, tidak seperti riwetnya Jakarta!

Akhirnya kami sampai juga di depan pos penjagaan mess MMTC. Pak Hipnu lalu bertanya kepada salah satu petugas di sana mengenai di mana kami akan menginap. Petugas tersebut kemudian menunjuk ke arah salah satu gedung di area mess dan dia bilang bahwa tempat kami akan menginap adalah di lantai 4 !! Huuuaaa....... guabrak!! Duuhh... ampunnn.... deh... udah capek, mesti naik ke lantai 4 juga!! Mana naiknya manual lagi, karena di sana engga ada lift. Mendadak wajah kami menjadi keruh dan banyak gerutuan yang keluar dari mulut kami, tapi ya mau apa lagi... ya udah jalananin aja.... lantai berapa pun hayyooo.... hhmmm... sekali lagi berusaha untuk syukur nikmat nih!

Dengan candaan yang rada-rada penuh ejekan dan gerutuan (maklum saking capeknya disuruh jadi spiderman ke lantai 4), kami naik ke lantai 4. Begitu sampai di sana... wuaaa.... eng...ing...eng... loh... kok kayak rumah hantu sih? Beneran deh, lantai 4 sunyi senyap, baunya rada aneh, seperti ruangan yang jarang ditempati, udah gitu gelap gulita, kamar-kamar terkunci, abu dimana-mana... ampuunn.... seperti kota mati! Idihh... beneran nih kita bakalan tinggal di sini dalam waktu 3 hari ke depan? Mana ngak ada kamar mandinya nih (karena kamar-kamar dalam keadaaan terkunci), padahal banyak diantara kami yang pingin ke kamar mandi, besides yang muslim belum pada shalat shubuh!

Hampir setengah jam lamanya kami di sana, ngak ada kerjaan, kebingungan dan masih takjub melihat sekeliling lantai yang aneh bin ajaib. Karena engga ada petugas yang datang, akhirnya Pak Hipnu turun kembali ke bawah, ke pos penjagaan lagi, untuk konfirmasi kebenaran di mana kami akan menginap. Tidak berapa lama Pak Hipnu pun datang and..... good news! Ternyata petugasnya salah ngarahin gedung. Kami ternyata memang engga seharusnya berada di lantai 4 ini karena kami seharusnya menginap di gedung depan. Akhirnya dengan ceria dan senang hati, kami segera turun dan menuju gedung di mana seharusnya kami menginap. Nah… ini baru namanya penginapan….. sorak kami seperti anak kecil begitu sampai di gedung tersebut. Kami pun kemudian dibagi-bagikan kunci kamar. Saya sekamar dengan Ocha. Bu Yani sekamar dengan Bu Ita. Kalau Pak Udin sekamar bertigaan dengan Isnaldi dan Pak Hipnu. Pak Tohir tetep setia dengan Pak Mega. Dan kali ini Agung ngak sendirian kayak di bis, karena Agung sekamar dengan Pak Agus. Kamar kami semua berada di lantai 2. Huaaa.... senengnya ... akhirnya bisa istirahat juga deh....!!! Mata kami pun berbinar-binar membayangkan empuknya kasur untuk tidur dan segarnya air untuk membasuh badan kami yang rasanya sudah lengket seperti lepet!!

Kamar yang kami tempati Alhamdulillah nyaman banget. Ada 2 spring bed ukuran sedang, satu kulkas kecil, satu lemari besar tempat menaruh pakaian di mana ditengahnya ada TV 21 inch (khusus kamarnya Bu Yani cuma dapat yang 14 inch... hi...hi... poor you are deh, Bu!) dan dua set meja kursi. Setiap kamar ada kamar mandinya. Kamarnya pun ber-AC. Wah, pokoknya enak pisan deh! Banyak dari kami yang langsung mendarat di kasur begitu sampai di kamar. Begitu juga dengan saya dan Ocha. Setelah beres-beres, Ocha langsung beringsut masuk ke bawah selimut di tempat tidurnya untuk menghindari dingin dan mulai memejamkan matanya. Saya juga mengikuti aksi Ocha selepas shalat Shubuh. Rasanya nyaman banget bisa rebahan di tempat yang memang semestinya merupakan tempat rebahan.

Saya dan Ocha sudah tertidur ketika ada yang mengetuk pintu kamar kami dengan keras dan berteriak kalau it’s time to breakfast! Kami pun terperanjat bangun. Dengan mata yang masih berat, kami keluar kamar dan mencari kebenaran apakah memang sudah waktunya makan pagi atau belum, dan ternyata... kami dikerjain.... tahu tuh siapa yang ngerjain... karena memang di luar tidak ada tanda-tandanya bakalan makan pagi..... dduuhhh...... sebel deh! Saya kemudian melongok masuk ke kamarnya Bu Yani and then... waaahhh... Bu Yani dan Bu Ita udah pada rapih-rapih, udah pada mandi and dandan dengan cantiknya... sedangkan saya dan Ocha..... hiiiii..... kusut bangeeettt.... so, mendadak kami jadi panik karena kami belum siap sama sekali. Kami pun segera balik ke kamar dan mulai akan melakukan gerakan bebersih diri. Tapi kok rasanya untuk mandi masih malas ya? Alhasil, kami malah tiduran lagi sambil nonton TV. Tidak berapa lama ada yang mengetuk pintu kamar kami lagi. Entah kali ini siapa! Ocha segera bergegas keluar kamar dan tidak berapa lama kembali masuk ke kamar dengan membawa dua bungkusan nasi. Nah, kali ini beneran deh makan pagi!! Horee... makan!! Kebetulan udah lapar banget nih. Nasi bungkus dengan lauk gudeg itu pun segera kami serbu, kelihatan banget deh kalau kami tuh kelaparan, serasa ngak makan beberapa hari (jadi malu euuiii...).

Selesai makan, saya dan Ocha pun mulai bersiap-siap, mandi dan menyiapkan apa aja yang mau dibawa untuk training nanti. Waktu menunjukan sekitar jam delapan lebih ketika kami sudah siap, tapi yang kami rasakan saat itu cuma satu yaitu sama-sama mengantuk. Ocha malah lebih parah ngantuknya, walaupun sudah rapih dan cantik, akhirnya dia ngak kuat juga untuk memejamkan mata, so dia pun tertidur. Saya juga ngantuknya ampun-ampunan, cuma saya coba tahan-tahanin untuk ngak tertidur walaupun akhirnya pertahanan saya runtuh juga, saya pun tertidur, cuma dalam posisi duduk. Saya dan Ocha sama-sama terbangun ketika Bu Yani masuk ke dalam kamar kami dan membangunkan kami karena sebentar lagi kita akan berangkat training. Dengan mata yang masih agak berat dan kepala yang sedikit pening, kami pun segera menyiapkan diri dan keluar dari kamar menuju ruang tunggu di lantai bawah, menunggu saatnya berangkat training ke kantornya Exindo.

Ternyata penantian kami, untuk berangkat training, agak lama karena kami masih harus menunggu mobil yang akan membawa kami training. Mobil tersebut kami sewa dari MMTC. Setelah sekitar dua puluh menitan kami menunggu, akhirnya mobil kami pun datang, namun itu bukan berarti kami bisa segera berangkat, karena kami ternyata masih harus menunggu team Exindo yang katanya juga akan datang ke MMTC untuk menjemput kami. Tidak berapa lama, team Exindo pun datang. Ada sekitar dua orang yang menjemput kami, tapi dari dua orang tersebut yang saya kenal cuma satu, yaitu Mas Ferry. Setelah semuanya kumpul, akhirnya kami pun berangkat training menuju kantor Exindo. Sepanjang perjalanan menuju kantor Exindo, kami banyak cerita, pokoknya macam-macam, dari cerita kembali soal perjalanan di bis sampai cerita yang hampir serupa dari setiap orang, yaitu how sleepy and tired we are ... huuaaa.... Selain itu, kami juga terkesan dengan keadaan kota Yogya yang tidak ramai dan tidak riwet seperti Jakarta, di samping itu kotanya juga bersih banget, dduuhh... jadi seneng ngelihatnya, cuma ada satu hal yang menjadi pertanyaan kami, kenapa ya setiap pengendara motor di Yogya, kok helm nya rata-rata hampir seragam ya, baik bentuknya maupun warnanya, yaitu warna putih, apa helm itu lagi ngetrend di Yogya ya??

Sekitar jam 10 pagi, kami pun tiba di kantornya Exindo. Di halaman kantor, kami sudah disambut dengan spanduk selamat datang (hiii..hii... makasih yaa.... sampai dibuatin spanduk segala... jadi seneng deh!). Kami pun segera masuk ke dalam kantor dan langsung bertemu dengan Pak Budi, Bu Ira, Mas Bram dan mas-mas satu lagi (duuhhh... maap ya mas, saya ngak tahu namanya mas!). Setelah bersalam-salaman dan sedikit obrolan, kami pun segera diajak Pak Budi untuk masuk ke dalam ruangan training. Wuuahh... ruangan trainingnya enak pisan... (hii...hii... norak.com). Ruangannya sederhana tapi kelihatan lux. Ada LCD yang nantinya akan digunakan untuk menampilkan slide pengajaran mengenai program SIPPEG. Masing-masing peserta training pun mendapatkan lap top, so tiap peserta training bisa fokus dan belajar dengan komputernya masing-masing, sehingga pemahaman akan sistem diharapkan bisa segera didapat.

Pelajaran pun dimulai dengan segera, pengajarnya adalah Pak Budi dan mas Bram. Kami semua serius belajar loh, walaupun sebagian besar diantara kami sudah cukup berumur, dalam arti kata sudah emak-emak dan bapak-bapak yang dalam waktu beberapa tahun ke depan bakalan pensiun he...he..., tapi pantang menyerah deh.... kan belajar mah tidak mengenal umur, apalagi kata nabi, kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina, jadi boleh dongg... mengejar ilmu salah satunya ke Yogya dulu.... nah lho... ngak nyambung deh ahhh...!! Saat selama belajar, banyak hal-hal lucu yang terjadi, tapi ada juga sih yang agak mengecewakan iihiiikk.... iihiiikk... Hal yang lucu misalnya saja soal Pak Udin. Beliau tuh serius banget saat belajar, serius banget ngelihat ke arah display LCD sampai ke layar lap top di depannya. Matanya, yang ditutupi dengan kacamata, tajam menatap sistem pembelajaran didepannya. Ternyata oh ternyata ... he..he... Pak Udin serius banget karena dia salah bawa kacamata (emangnya ada berapa kacamata sih, Pak?). Kacamata yang dipakainya ternyata bukan kacamata baca, engga tahu deh kacamata buat apa, so beliau mesti ekstra kerja keras untuk menelusuri sederatan makna-makna kalimat didepannya... duuhh... kasihan deh, Pak... tapi tetep diacungin jempol karena Bapak ngak patah semangat begitu saja walau sulit untuk melihat tulisan, hebat deh, Pak!! Kalau hal yang mengecewakan yaitu tertinggalnya beberapa Daftar Riwayat Hidup (DRH) pegawai yang rencananya akan diinput ke dalam sistem pada saat training di Yogya ini. Entah kenapa bisa tertinggal. Pak Tohir yang bertanggung jawab soal ini juga kebingungan karena menurut beliau DRH yang mesti dibawa sudah dibawanya di dalam kantong DRH, namun ternyata di dalam kantong DRH hanya berisi DRH dari pegawai di lingkungan Biro Kepegawaian saja, wallahu alam deh, but... tetep tidak patah semangat kan, Pak? Dengan atau dengan tidak adanya DRH, buktinya kita masih tetep bisa lancar belajar kan???

Proses belajar mengajar yang dijalani yaa... seperti proses belajar mengajar pada umumnya. Ada saatnya serius belajar, tapi ada juga candaan yang menyertainya. Ada juga kekonyolan-kekonyolan bahkan ada juga protes-memprotes jika ditemui masih adanya error yang muncul dari sistem, tapi dimaklumi lahh.. kan sistemnya masih trial and error, pasti akan terus develop, ngak akan berhenti begitu saja. Tapi intinya sih, proses belajar mengajar berjalan dengan lancar, setiap peserta training dapat dengan cepat menyerap pelajaran yang disajikan, dan banyak pula masukan-masukan untuk perkembangan sistem yang disampaikan oleh peserta training kepada programmer sistemnya, yaitu mas Bram dan kepada perusahaan Exindo, sebagai perusahaan konsultan yang menaungi sistem tersebut. Pada hari pertama training ini, waktu belajar hanya sampai jam 3 sore saja, rencananya sih sampai jam 5 sore, namun karena diketahui para peserta training masih kelelahan akibat baru saja tiba di Yogya tadi paginya, maka pelajaran dipersingkat deh... dan akan dipadatkan pada esok harinya. Asyiikk juga sih dipercepat, abisnya masih pada rada ngantuk nihhh....

Selepas shalat Ashar, kami pun kembali ke tempat penginapan kami di MMTC. Banyak diantara kami yang masih menderita kelelahan... ceiillee... akibat perjalanan dengan bis semalam yang memakan waktu hampir 12 jam lamanya... duuh... pegel deh! Tapi ada juga diantara kami yang fisiknya benar-benar superman... kuat beneerr.... soalnya begitu sampai di MMTC, ada yang langsung bertandang ke supermarket yang ada di seberang perkompleksan MMTC dan ada pula yang berkunjung ke pameran bunga yang ada dihalaman depan MMTC. Isnaldi, Pak Udin dan Pak Hipnu adalah sebagian yang main ke supermarket, sedangkan Bu Yani dan Bu Ita pasti lah yang main-main ke pameran bunga... maklum kan perempuan... tapi ternyata ibu-ibu ini pun akhirnya ikutan pula main ke supermarket... dduuhh... ya itu lah perempuan.... dunianya kalau tidak bunga ya belanja...he...he... Tapi lucunya, yang main ke supermarket, belanjanya cuma beli sendok doang... abisnya menurut mereka sendoknya lucu sihhh... duuhhh bu.... di Jakarta sih banyak atuh sendok macam begitu... ngapain jauh-jauh ke Yogya kalau belinya cuma sendok doang... he...he... Kalau saya dan Ocha sih lebih memilih tidur, abisnya masih capek banget dan ngantuknya itu masih belum hilang-hilang juga, jadi begitu ada kesempatan untuk bisa istirahat, ya udah istirahat deeehh.... biar badan rasanya nanti lebih enakan gitcchhuuu....

Malamnya kami semua keluar makan malam, teutep... naik mobil MMTC yang kami sewa. Wuihh... senengnya... bisa jalan-jalan malam di Yogya! Sempet sebentar keliling-keliling kota Yogya untuk ngelihat pemandangan malam, also kebiasaan or budaya nya orang Yogya. Biasa... Pak Hipnu yang familiar sama adat Jawa menjadi guide nya kita semua. After that, akhirnya nyampe juga deh di sebuah rumah makan. Kelihatannya sih cukup elit, soalnya rumah makannya cukup besar dan pengunjungnya juga buuaannyaakkk... banget... apalagi tuh rumah makan dekat banget sama bioskop (dduuhh... lupa deh apa nama bioskopnya ya?), jadi nilai strategisnya ketawan banget. Sempet kepikiran... waddduhh... makan di sini kayaknya bakalan mahal deh... apalagi kita ber-11 plus sama supir.... kira-kira ntar ngabisin biaya berapa ya? Tapi... karena... berhubung... makannya gratis.... support dari... hmmm... (ntah lah... support darimana yaa....???) ya udah deh pikiran engga merasa nyamannya dibuang-buang jauh... lagian... pak Hipnu yang megang uang kayaknya happy-happy aja tuhh... hee...hee...

Makan di rumah makan itu asyik juga, makanannya ya... makanan khas jawa ssiihh... tapi ada juga yang umum, semacam ayam bakar or goreng, ikan bakar or goreng, bahkan sampai bebek bakar or goreng. Bebek?? Wiiddiihh.... (** norak.com **). Seumur-umur, saya belum pernah nih makan bebek... nah, baru di Yogya ini, the first time lah ... saya makan bebek. Yang lainnya juga lebih prefer makan bebek deehh... hampir semuanya mesen bebek bakar.... tapi ada juga sih yang mesen ayam goreng, ayam bakar atau soto ayam.... contohnya... hmmm... Pak Udin nih... mesen bebek bakar sama ayam bakar, udah gitu mesen soto ayam juga...hi...hi... mumpung gratis ya, Pak? Tapi emang sih soto ayamnya dimakannya rame-rame. Awalnya saya juga mau mesen yang lain, yaitu rujak cingur. Saya kirain tuh rujak cingur kayak yaa... rujak biasa, semacam rujak buah gitu, tapi ternyata... rujak cingur tuh.... wiiiddiihhh.... katanya moncongnya sapi dirujakin... wadduhh... ngak jadi deh ah, dengernya aja udah serem. Akhirnya saya mesen tempe penyet aja deh! Dari namanya .... tempe penyet... kayaknya rada aneh, tapi pas makanannya datang... hmm.... kayaknya biasa aja deh, tempe goreng biasa yang rada dipenyet-penyetin or diteken-teken, trus di atasnya di kasih cabek deehh... duuhhh... saya kirain tempe penyet tuh modelnya gimana, ternyata ya... sama aja... tempe goreng berlalapkan sambal!! Tapi enak juga loh tuh tempe, ngak nyesel kalau udah mesen!!

Sewaktu makan malam itu, ada hal-hal lucu yang sempat terjadi looohh..... Sebelum makan, Pak Hipnu sempet mau ngerjain Ocha. Dari parkiran rumah makan, beliau nelepon HP nya Ocha, dikirain sih Ocha belum punya nomor HP nya Pak Hipnu. Padahal ...hi..hi... kecele deehhh.... Ocha udah punya tuh! Awalnya Ocha bingung waktu HP nya bunyi, nih Pak Hipnu ngapain nelepon dia ya, apa kepencet tanpa sengaja ya? Eh, engga sengaja Ocha ngelihat ke halaman parkir, kelihatan deh Pak Hipnu lagi megang HP deket telinganya, berarti kan emang beneran nelepon bukannya kepencet. Terus, Ocha angkat deh, eehh.... suaranya Pak Hipnu yang muncul penuh rayuan gomball... ngajak ke bioskop sebelah ... he..he... Waahhh... sama Ocha malah diladenin dan ditambah-tambahin... akhirnya malah jadi gurauan and... Pak Hipnu yang kalah bercandanya deh, habisnya engga mempan, rencana mau ngerjain Ocha malah kebalik dikerjain Ocha, habis gimana ya Pak... Ocha nya sudah punya nomor HP nya Bapak siihhh.... kalau belum punya...hmmm.... belum jaminan juga sih Ocha bisa dikerjain, abisnya kan Ocha cukup wonder woman, alias galak bbboooo....!!! Trus ada lagi yang super heboh! Kejadian si pengulek cabek! Wadduhh... apaan tuh? Awalnya saya bingung kenapa para lelaki yaitu Pak Udin, Pak Agus, Isnaldi, Agung, Pak Tohir, Pak Mega sampai Pak Hipnu, gemar berkerumun di halaman rumah makan sambil bisik-bisik dan tertawa-tawa yang aneh. Udah gitu, Bu Yani dan Bu Ita ikutan gabung juga. Saya sama Ocha bingung laahh... ternyata oh ternyata.... mereka sedang asyik ngegosipin ayu-ayu di depan rumah makan yang lagi ngulek sambal. Bukan masalah tempat ulekannya yang gede, atau si ayu itu emang beneran ayu, tapi .... masalahnya... itu loh.... nguleknya pakai baju atasan yang serba benar-benar terbuka.... sampai pria-pria tak mengedipkan mata.... bener-bener lebih gawat dari you can see deehh ... (** sensor ah **). Woww... pantes deh semuanya pada cengar-cengir ngelihatin! Tapi .... wadduhh... gawat dong, soalnya kan kita semua nih tahu si ayu model begini pas udah selesai makan dan mau pulang, coba dari tadi... masalahnya tuh... karena baju si ayu yang super terbuka, jangan-jangan cabek or sambal yang kita makan tadi sudah terkontaminasi sama zat-zat cair or zat wangi or zat lainnya yang berasal or turun dari tubuh si ayu dan masuk ke dalam sambal.... woooeekkk......!!! Tapi, mau gimana lagi..... kalau emang ada, ya udah anggap saja vitamin (hhhiiiii....).

Setelah selesai makan, kami semua sempet sebentar jalan-jalan ke Malioboro. Engga lama sih di sana, habisnya udah malam dan udah banyak toko yang tutup, lagi pula rada gelap, gimana mau milih barang yang bagus kalau pencahayaannya kurang, ya ngak? Tapi, masih ada juga yang bisa belanja sih, termasuk saya...he...he.... Isnaldi dan Agung berburu kaos, saya juga he...he... Pak Mega belanja ikat pinggang, dompet dan... apa ya... pokoknya unik-unik deh yang dibeli sama Pak Mega. Pak Tohir juga sempat belanja, cuma saya lupa apa yang beliau beli. Kalau Pak Agus… hhmm… beliau mah tukang ngerecokin orang yang belanja…he…he… Tapi, pokoknya mengasyikan deh! Walaupun malam itu kami masih sedikit lelah, tapi kami senang karena bisa jalan-jalan di malam pertama kami di Yogya. Puas makan, puas jalan-jalan... trusnya pulang deh ke penginapan, di MMTC. Sampai di MMTC, masih ada beberapa dari kami yang menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bersenda gurau, tapi kalau saya dan Ocha mah... wuaahhh... dah ngak tahan mau tidur, saking ngantuk dan lelahnya, begitu juga dengan Bu Yani dan Bu Ita. Apalagi besok masih harus belajar lagi, udah gitu jam belajarnya lebih panjang dan padat, jadinya yaa....huuaa.... mending bobok deeehhhh....

03 Desember 2006

Hmmm... sekarang hari kedua belajar or training SIPPEG. Tidak banyak hal-hal yang terjadi hari ini, almost biasa saja, kebanyakan kami menghabiskan waktu untuk belajar SIPPEG, masih tetep di markas besarnya Exindo.

Seperti kemarin, kami berangkat dari penginapan menuju kantor Exindo sekitar jam 8.30 pagi, masih dengan mobil MMTC yang kami sewa. Tapi sebelum itu, makan pagi dulu dong! Kalau ngomongin soal makan sih tergantung sama sang supir dan empunya pundi-pundi, Pak Hipnu, jadi mau makan apa dan di mana yaa... hayyoooo... aja... yang penting bisa makan and gratis.... he...he.... Hari ini kelihatan semuanya sudah segar kembali karena tentunya kemarin sudah cukup istirahat. Terbukti sepanjang perjalanan menuju ke tempat makan, kami banyak berbincang dan bercanda di mobil, seperti tidak pernah kehabisan energy saja, pokoke rame pisaann... apalagi ada topik yang super seru yang menjadi hot topic kami pada saat itu yaitu...hmm... masalah Aa Gym yang nikah lagi... nah lho... Aa Gym nikah laaggiii.... waahh... pastinya full of pro dan kontra dong, tapi saya ngak mau ah membahas poligaminya Aa Gym karena yaa.... di luar kapasitas otak saya dan itu penuh dengan segala pernak-perniknya...hi...hi... bingung ya? Iya nih saya juga bingung, tapi intinya sih ngak akan ada cerita soal poligaminya Aa Gym di blog ini... so, peace deh ah....!!

Well, back to sarapan pagi! Sarapan pagi ini menunya serba soto, sotonya juga ngak beda jauh seperti di Jakarta, yang membedakannya cuma masalah nasi aja. Kalau di Jakarta biasanya soto dipisahkan dari nasinya, jadi soto di satu mangkok sedangkan nasi di piring lainnya, sedangkan kalau sarapan pagi ini, nasinya langsung dicelupkan satu mangkok bersama-sama dengan sotonya. Harga soto ini ternyata cukup murah meriah dan yang lebih penting lagi... so pasti nya enak dong... jadi engga rugi deh! Cuma kebanyakan perut para bapak-bapak tidak langsung kenyang, habisnya jatahnya kan satu orang satu mangkok soto, tidak seperti semalam yang bisa mesen beraneka ragam makanan, jadinya pada belum puas aja makannya. Hmmm... kayaknya emang harusnya begitu deh, makan pagi mah biasa saja, lagi pula kalau makannya terlalu wahh or heboh... kan kasihan... ntar Pak Hipnu nya tekor dongggg......!!

Setelah makan, kami langsung berangkat ke kantor Exindo dan nyampe di sana sekitar jam 9.30 pagi. Ternyata kami tidak langsung training karena kami harus menunggu AC di ruangan training yang sedang diperbaiki. Kami menunggu sekitar setengah jam, setelah itu baru deh kami mulai belajar. Seperti yang dijelaskan di atas, tidak ada hal-hal lain yang terjadi selama pelaksanaan training hari kedua ini, segalanya penuh dengan belajar dan belajar dari pagi sampai sore hari. Cuma ada satu hal yang berkesan saja. Pada hari kedua training ini, kami ketemu sama Anhar, itu loh... anak buahnya Pak Budi, yang saya beri julukan ”Si Anak Jutek”, habisnya waktu ketemu dia di Jakarta, dia nya engga pernah ngomong sama saya, apalagi senyum... wwuuiihh... pokoknya pelit senyum deh! Nah, hari kedua ini Anhar datang ke Exindo, setelah sebelumnya yaitu kemarin dia engga muncul di seputaran kantor Exindo. Ketemu Anhar biasa aja, seperti di Jakarta, tidak ada perbincangan, apalagi senyuman (pelit banget sih, Har!). Tapi semuanya berubah ketika shalat Dzuhur. Pada waktu Dzuhur, kami shalat di mesjid dekat kantor Exindo. Nah lho, kenapa engga shalat di kantor Exindo aja ya? Well, kami engga shalat di kantor Exindo karena pada hari itu PAM atau tepatnya aliran air di kantor Exindo sedang rusak, jadinya ya.... toiletnya kekurangan air, so untuk lebih nyaman dan amannya yaaa.... lebih baik shalat di mesjid aja. Nah, setelah selesai shalat, kami or tepatnya saya, Bu Ita dan Bu Yani, mau balik lagi ke Exindo, eehh... di jalan ketemu sama Anhar yang juga mau shalat di mesjid. Saya pikir Anhar bakalan engga nyapa saya, ternyata oh ternyata... dia nya malah senyum sama saya. Waddooww... kaget juga, dikirain sih dia agak sleg sama saya karena saya emang cerewet banget soal SIPPEG sama Exindo, tapi ternyata engga juga! Dengan senyuman, beres deh masalah, so karena Anhar udah mulai senyum... ntar-ntar kan saya bisa minta tolong sama dia kalau saya perlu apa-apa yang berkenaan dengan SIPPEG. Gitu dong, Har! Kata nabi kan senyum itu ibadah! Bener kan, dengan senyuman maka semua masalah bisa teratasi and also bisa terjalin silaturrahmi ...hii...hi..... sok tahu deh nih saya!!

Okeh... kembali ngomongin soal training nih, well hari ini emang full of belajar dan yang menakjubkan semuanya semangat belajar, engga ada deh istilah sudah tua malas belajar, semuanya kelihatan banget berusaha untuk mengerti SIPPEG. Tanya jawab, protes, penjelasan, mewarnai jalannya training. Pokoknya seru deh, lebih seru dari kemarin soalnya hari ini kami jauh lebih mengerti dan of course jauh lebih kritis juga dong! Pokoknya proses belajar mengajar hari ini bener-bener super padat, semua bahan training dipadatin dan dikejar biar bisa selesai hari ini. Tadinya sih Pak Budi punya rencana mau ngajak kami karaoke-an ntar sorenya setelah selesai belajar, tapi karena kami pingin trainingnya dipadatin dan diselesain hari ini, jadinya karaoke-an nya batal deh. Tahu ngak kenapa kami ngotot supaya belajarnya selesai hari ini padahal masih ada jatah setengah hari besoknya?? Karena... karena... hii..hi... besok kami pingin jalan-jalan dulu sebelum pulang ke Jakarta. Mesti jalan-jalan dong! Masak jauh-jauh dari Jakarta ke Yogya engga ada acara cuci mata dan belanjanya sih... kan engga asyik... so keliling-keliling Yogya dan beli oleh-oleh tuh kudu, wajib dan harus diadakan!! Ya deehh.... yaaa deehhh..... jadinya topik besok tuh no learning, yang ada refreshing ya .... he... he.... Ya udah deh karena hari ini belajarnya super padat, jadinya belajarnya sampai jam 5 sore. Setelah itu, ya.... pulang ke penginapan. Tapi sebelum pulang, kami semua berpamitan dengan kru Exindo yaitu Pak Budi, Mas Bram, Bu Ira, dan mas-mas satu lagi yang adduh... saya lupa tuh namanya siapa. Sedangkan Anhar pada saat itu engga kelihatan, katanya sih selepas shalat Ashar dia pergi sama temennya, entah kemana, jadinya engga bisa pamitan sama dia deh. Setelah berpamitan, kami dan kru Exindo sempat foto bersama di halaman kantor Exindo, sebagai kenang-kenangan dan sekaligus bukti... he..he... kalau kami pernah belajar or training SIPPEG di Yogyakarta, tepatnya di kantor Exindo. Setelah foto bersama yaa... good bye... pulang deehh... tapi kayaknya nih, walaupun kami sudah pamitan, besoknya kami bakalan masih mampir ke kantor Exindo lagi deh, soalnya kan beberapa hal masih perlu diurus dan sertifikat tanda kami sudah mengikuti training di sana juga belum kami terima, jadi ada kemungkinan besok sertifikatnya baru kami dapatkan.

Mendekati Maghrib, kami tiba di penginapan MMTC. Kami semua hampir seragam langsung masuk ke kamar masing-masing karena yaaa... hari ini lumayan capek juga belajarnya. Saya dan Ocha langsung masuk kamar and beberes diri, yaa... mandi lah... beresin kamar.... istirahat tidur-tiduran.... sambil nonton TV… he... hee… Sekitar jam 7 malam, Pak Hipnu nelepon saya, ngajak saya dan semuanya untuk makan malam keluar. Kebetulan emang pada saat pulang tadi, Pak Hipnu engga langsung ke penginapan melainkan turun di halaman depan MMTC karena beliau mau ketemu sama anaknya yang kuliah di Yogya, jadinya “panggilan” makan malamnya via HP deehhh… Tapi ternyata… wuaahh… malam ini, saking capeknya, banyak yang menolak untuk makan malam keluar, maunya dibungkusin aja, jadinya yang makan malam keluar tuh cuma saya, Ocha, Pak Udin, Isnaldi, Pak Hipnu dan satu orang dari MMTC, temannya Pak Hipnu. Kami makan di warung leseran, warung sederhana, yang menjual makanan nasi goreng dan serba-serbi makanan mie (dduuhh…saya lupa apa nama mie yang saya pesan ya…?). Makanannya lumayan enak, situasi makannya juga asyik, emang sih engga semeriah seperti makan malam kemarin, tapi yaa…. lumayan lahhh… nyicipin mie khasnya Yogya. Selesai makan, saya dan Ocha sempet mampir dan jalan-jalan ke supermarket besar yang ada di seberang MMTC. Sebenarnya sih tuh supermarket sama aja kayak supermarket-supermarket di Jakarta, cuma saya dan Ocha penasaran aja sama sendok yang dibeli sama Bu Yani dan Isnaldi, sendok model apaan ya sampai-sampai katanya unik, engga ada di Jakarta (berhubung nih saya dan Ocha belum ngelihat sendok yang dibeli sama Bu Yani dan Isnaldi). Tapi setelah keliling-keliling, kayaknya sendok-sendok yang dijual engga ada yang spesial deh, biasa aja semuanya dan umum banget, banyak kok dijual di Jakarta, jadinya acara nyari sendoknya diganti dengan beli beberapa cemilan deh (soalnya malu kalau keluar supermarket lewat kasirnya engga beli apa-apa…hee..hee…). Setelah puas keliling, akhirnya saya dan Ocha pulang deh ke penginapan. Keluar dari supermarket, ternyata saya dan Ocha ditungguin loh sama Pak Hipnu, Isnaldi dan Pak Udin di halaman depan MMTC. Mereka nungguin karena takut saya dan Ocha menghilang diculik makhluk angkasa Yogya… he…he… dduuhhh… engga deenggg… ya mereka khawatir aja sama cewek-cewek yang keluar malam-malam… (hhhiii…) udah gitu di daerah yang bukan habitatnya…. Ddduuhhh… jadi terharu dehhh… nah… gitu dongg… yang namanya cowok harus tetap menjaga yang cewek-cewek! Great deh ah! Well, setelah itu ya udah deh kami berlima kembali lagi ke penginapan. Waktu ngelewatin mushalla yang hampir dekat dengan penginapan, kami berhenti sebentar. Wah, ternyata ada yang jualan yaa… jualan kaos, daster, batik, celana tidur, dan serba-serbi lainnya… hhii.. hhii…. jiwa belanjanya kami langsung muncul deh, apalagi Pak Udin, berbinar-binar pingin beliin daster buat istrinya (hhmmm… mesranya!). Akhirnya pada belanja dadakan deh. Saya belanja kaos, Isnaldi juga belanja kaos plus celana rumah, sedangkan Pak udin….. wadduhh…. belanjanya banyakkk… ada kaos, daster, baju buat anak-anaknya dan macem-macem lagi deehhh… Udah gitu belinya ngak pakai acara tawar-menawar lagi sama pedagangnya, jadinya setelah selesai belanja, Pak Udin tuh dimarahin dan diceramahin sama Pak Hipnu karena seharusnya harganya tuh bisa lebih murah kalau ditawar, tapi namanya Pak Udin, pinter ngeles… beliau sih bilang kalau itu harga jauh lebih murah daripada di Jakarta, jadi ya fine-fine aja….he…he… ya deeehhh…. Kalau engga merasa rugi sih engga papa, asal jangan nyesel ya Pak kalau uang jalannya mendadak habis karena dipakai buat belanja doaaanggg…… Ya gitu deh, acara mendadak belanjanya sebelum pulang ke penginapan, lucu pisan, apalagi Pak Udin berencana mau memakai kaos yang baru dibelinya buat jalan-jalan besok… hhhiii….. langsung dipakai, Pak? Kan belum dicuci tuuuhh….. (seereeemmm….). Tapi engga papa deh, habisnya kata Pak Udin, baju yang dia bawa ke Yogya udah habis dipakai semua, pada kotor semua… daripada make baju kotor or ngak pake baju sama sekali, mending pake baju baru yang belum dicuci, ya engga? Duuhh… jadi ngak sabar nih nunggu hari esok, udah seneng aja pingin jalan-jalan. Well, Yogya….. tomorrow kita bakal mengelilingi dirimu, so …. wait for us yaaaa……!!

(to be continued)